Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) perluas pabriknya di Citeureup, Jawa Barat. Dengan investasi sekitar Rp 30 miliar dan diperkirakan selesai pada akhir 2014, pabrik ini diharapkan akan meningkatkan pendapatan ekspor perusahaan ini. Porsi ekspor RICY pada tahun lalu sekitar 20% dari pendapatannya. Tahun ini RICY ingin menggenjot porsi ekspor menjadi sebesar 30%.
Direktur Keuangan PT Ricky Putra Globalindo, Tirta Heru Citra mengatakan, ekspor sebagai antisipasi untuk menghadapi nilai tukar rupiah yang tidak stabil. Pasalnya bahan baku produksi RICY masih diimpor, sehingga imbas pelemahan rupiah cukup besar. "Kami memang sedang menggenjot pasar ekspor untuk mendapat nilai USD yang lebih baik," katanya, Senin (23/6).
Bahan baku RICY yaitu kapas saat ini masih di impor dari Brazil dan Australia. Tirta bilang kapas produksi Indonesia tidak tepat digunakan untuk bahan baku pakaian. Untuk bisa meningkatkan volume ekspornya, RICY sedang memperluas pabrik garmennya di Citeureup.
Pabrik ini dibangun awal tahun 2014 lalu, dan diharapkan rampung pada akhir tahun. Investasi pabrik sekitar Rp 30 miliar termasuk pembelian mesin-mesinnya. "Kami bangun pabrik di citeureup untuk ekspor. Kapasitas produksi kami bisa meningkat 10-15%," tutur Tirta.
Sekedar informasi, pabrik garmen RICY saat ini memiliki kapsitas sekitar 320.000 lusin per bulan. Pabrik keduanya di Bandung yang dikhususkan untuk pemintalan sekitar 60.000 bale per tahun. Tirta menyampaikan jika permintaan pasar ekspor makin meningkat, tak menutup kemungkinan pihaknya juga akan memperluas pabrik di Bandung untuk produksi garmen. Namun, hal itu belum pasti adanya.
RICY menganggarkan belanja modal tahun ini Rp 100 miliar. Selain untuk perluasan pabrik, dana tersebut juga digunakan untuk penambahan mesin dan pengembangan IT. Saat ini porsi ekspor terbesar masih ke Jepang dengan kontribusi hampir 80%. Untuk ke Eropa, Tirta bilang ada penurunan permintaan. "Ekspor Eropa, permintaan turun, kami memang konsentrasi untuk ekspor Jepang," ungkap Tirta.
Berdasarkan laporan keuangan RICY pada kuartal I-2014, penjualan produknya ke Eropa turun 43,92%. Pada kuartal I-2014, ekspor ke Eropa mencapai Rp 1,26 miliar tetapi tahun ini hanya Rp 875,46 juta. Namun, penjualan ke Asia melonjak 160,4%. Tahun lalu ekspor ke asia pada tiga bulan pertama hanya Rp 32,10 miliar. Sekarang menjadi Rp 83,59 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News