Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) optimistis permintaan minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) di semester II 2023 akan tetap solid.
Kamis (10/8), harga CPO turun 3,68% dalam sebulan terakhir. Pelemahan permintaan CPO juga sedang terjadi, dengan angka impor CPO Eropa yang hanya 952,2 ton sejak Januari hingga Juli 2023. Jumlah tersebut anjlok 33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 1,27 juta ton.
Head of Investor Relation Sampoerna Agro Stefanus Darmagiri mengatakan, saat ini selisih diskon harga yang lebih kecil antara CPO dengan rapeseed dan sunflower oil. Akibatnya, harga rapeseed dan sunflower oil dianggap lebih kompetitif jika dibandingkan dengan harga rata-rata historisnya. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan penggunaan rapeseed dan sunflower oil di Eropa.
“Di samping itu produksi domestik rapeseed oil di Eropa juga mengalami peningkatan,” kata dia kepada Kontan.co.id, Kamis (10/8).
Baca Juga: Harga CPO Turun, Triputra Agro (TAPG) Tetap Optimistis Dengan Kinerja Semester II
Menurut Stefanus, sentimen negatif dari penurunan impor CPO di Eropa itu dapat diantisipasi salah satunya dengan implementasi penuh dari program B35 pada bulan Agustus 2023 ini. Implementasi B35 diharapkan dapat menaikkan permintaan CPO untuk pasar domestik Indonesia.
Secara kuartal, produksi TBS SGRO meningkat pada kuartal II 2023 jika dibandingkan pada kuartal I 2023. Meskipun tidak menyebut angka pasti, tetapi Stefanus bilang produksi TBS SGRO di kuartal II 2023 naik 17% dari kuartal I 2023.
SGRO juga menargetkan pertumbuhan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 5%–10% dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya.
Baca Juga: Permintaan Ekspor Naik, Harga CPO Diproyeksi Naik
Stefanus mengatakan, proyeksi pertumbuhan laba dan pendapatan SGRO pada 2023 memang sangat dipengaruhi oleh harga jual CPO, yang juga sangat bergantung kepada mekanisme pasar dan fluktuatif harga.
Namun, ada beberapa kondisi yang menyebabkan harga CPO masih tetap solid pada semester kedua 2023. Pertama, kembali naiknya ketegangan di Black Sea belakangan ini. Kedua, kekeringan di Amerika Utara yang menyebabkan harga soybean diperdagangkan jauh lebih mahal dari CPO.
“Ketiga, adanya event besar negara, seperti Diwali di India dan Mid-Autumn Festival di China,” papar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News