kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.880   59,00   0,37%
  • IDX 7.138   -23,74   -0,33%
  • KOMPAS100 1.094   -0,50   -0,05%
  • LQ45 869   -3,02   -0,35%
  • ISSI 217   0,32   0,15%
  • IDX30 444   -2,34   -0,52%
  • IDXHIDIV20 536   -3,71   -0,69%
  • IDX80 125   -0,07   -0,05%
  • IDXV30 134   -1,96   -1,45%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Harga CPO Turun, Triputra Agro (TAPG) Tetap Optimistis Dengan Kinerja Semester II


Kamis, 10 Agustus 2023 / 20:07 WIB
Harga CPO Turun, Triputra Agro (TAPG) Tetap Optimistis Dengan Kinerja Semester II
ILUSTRASI. Triputra Agro Persada (TAPG) optimistis permintaan dan harga CPO masih bisa meningkat di semester II 2023.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) masih turun. Tetapi PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) optimistis permintaan dan harga masih bisa meningkat di semester II 2023.

Melansir Trading Economics, Kamis (10/8), harga CPO turun 3,68% dalam sebulan terakhir. Pelemahan permintaan CPO juga sedang terjadi, dengan angka impor CPO Eropa yang hanya 952,2 ton sejak Januari hingga Juli 2023. Jumlah tersebut anjlok 33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 1,27 juta ton.

Sekretaris Perusahaan TAPG Joni Tjeng mengatakan, pada saat ini Uni Eropa sudah menerapkan sosialisasi Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR). Dalam kebijakan tersebut, kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang membutuhkan due diligence tambahan, sehingga secara langsung menghalangi CPO Indonesia untuk masuk ke pasar Uni Eropa, khususnya CPO dari smallholder.

“Indonesia sudah mulai mengatasi permasalahan tersebut melalui peningkatan ekspor ke China dan India serta mulai membuka pasar baru di Afrika,” kata dia kepada Kontan.co.id, Kamis (10/8).

Baca Juga: Dampak Pelemahan Ekonomi China Sudah Terasa di Indonesia

Sementara, pergerakan harga CPO pada saat ini lebih dipengaruhi oleh sisi suplai. Stok vegetable oil tidak setinggi ekspektasi.

Ekspektasi itu terbentuk seperti di saat Konflik Rusia dan Ukraina yang kembali memanas juga mengganggu logistik minyak bunga matahari di Laut Hitam, serta produksi minyak kedelai AS dan Argentina juga tidak setinggi ekspektasi awal tahun.

Meskipun begitu, Joni melihat, permintaan CPO di semester II 2023 akan lebih tinggi. Sebab, konsumen utama, China dan India akan meningkatkan permintaannya di paruh kedua tahun 2023. China akan mengeluarkan kebijakan untuk mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi. 

“Sementara, India akan merayakan Hari Raya Diwali yang selalu diikuti oleh peningkatan impor dan konsumsi vegetable oil,” kata dia.

Baca Juga: Tren Harga CPO Masih Negatif, Begini Dampaknya ke Emiten CPO

Dari sisi domestik, permintaan akan makanan diperkirakan akan terus stabil. Lalu, di sektor energi, ada kebijakan pemerintah dan Pertamina yang telah meningkatkan fasilitas blending B-35 pada bulan Juni lalu.

Menurut Joni, kebijakan itu diperkirakan akan menjadi faktor penting untuk mencapai alokasi program biodiesel di tahun 2023. 

“Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat mendorong performa Triputra Agro sesuai target di tahun 2023,” ungkap dia.

Dengan adanya sentimen itu, Joni mengaku optimistis kinerja TAPG pada tahun 2023 masih akan bertumbuh secara berkelanjutan seiring dengan usia prima tumbuhan sawit milik perusahaan. 

Baca Juga: Bursa CPO RI Diperkirakan Bakal Dirilis Pertengahan Tahun 2024

Hal tersebut dapat terealisasi melihat kondisi industri kelapa sawit  mulai membaik di kuartal II 2023. Tingkat produksi sudah mulai meningkat dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada semester II 2023.

TAPG memproduksi 779.000 ton tandan buah segar (TBS), meningkat hingga 26% dibandingkan kuartal I 2023. Pertumbuhan tersebut juga ditandai dengan yield yang tinggi sebesar 6 ton per hektare, dengan rata-rata umur tanaman 12,7 tahun.

Sehingga, Joni mengatakan, produksi CPO TAPG semester II diperkirakan akan lebih tinggi dibanding semester I. Harga jual juga diperkirakan masih akan relatif tinggi.

“Sebab, stok vegetable oil global berada pada tingkat yang rendah dan tingkat permintaan akan lebih tinggi pada semester II, baik untuk ekspor maupun domestik,” paparnya.

Baca Juga: Kinerja Emiten Kelapa Sawit Tertekan, Simak Rekomendasi Analis

Joni mengatakan, pihaknya yakin bahwa siklus produksi CPO perlahan akan kembali pada siklus yang normal. Pada tahun 2021 dan 2022, proporsi produksi CPO untuk semester I dan semester II relatif berimbang.

Sementara, pada tahun 2023, diperkirakan produksi CPO untuk semester II akan lebih tinggi dibanding semester I. 

“Adanya sentimen positif baik pada faktor eksternal dan internal diharapkan  perseroan untuk dapat menjaga kinerja perseroan untuk mencapai target di tahun 2023,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×