Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatatkan penurunan penjualan sebesar 3% pada semester I 2023. Hal itu diyakini SGRO sebagai akibat dari harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) yang masih fluktuatif sejak tahun lalu.
Asal tahu saja, SGRO mencatat penjualan sebesar Rp 2,54 triliun di semester I-2023. Raihan itu turun 3% dari penjualan di semester I 2022 yang sebesar Rp 2,62 triliun.
Untuk laba periode berjalan, SGRO mengantongi Rp 201,75 miliar. Raihan itu turun dari semester I 2022 yang sebesar Rp 540,75 miliar.
Sementara, total penghasilan komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan di semester I 2023 sebesar Rp 200,24 miliar. Angka ini itu anjlok 167% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 536,23 miliar.
Baca Juga: Kinerja Sampoerna Agro (SGRO) Mengalami Penurunan di Kuartal I/2023
Head of Investor Relation Sampoerna Agro Stefanus Darmagiri mengatakan, adanya fluktuasi harga CPO yang terjadi pada semester II 2022 menyebabkan harga rata-rata (ASP) minyak kelapa sawit Sampoerna Agro turun pada semester I 2023.
“Hal ini juga berdampak terhadap laba SGRO yang turun pada semester I 2023,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (28/7).
Stefanus menuturkan, hal itu mendorong SGRO untuk menerapkan sejumlah strategi di tahun 2023 agar kinerja perusahaan tetap terjaga.
Salah satunya adalah fokus terhadap program intensifikasi guna meningkatkan produktivitas, seperti mekanisasi, water management system, dan perbaikan infrastruktur serta digitalisasi.
“Di samping itu kami juga tetap fokus guna memperkuat neraca keuangan Sampoerna Agro,” tuturnya.
Stefanus mengatakan, proyeksi pertumbuhan laba dan pendapatan SGRO pada tahun 2023 sangat dipengaruhi oleh harga jual CPO, yang mana juga sangat bergantung kepada mekanisme pasar dan fluktuatif harga.
Namun, Stefanus optimistis harga CPO bisa tetap solid di semester II 2023.
Sentimen pendukungnya adalah kembali naiknya ketegangan di Laut Hitam belakangan ini, kekeringan di Amerika Utara yang menyebabkan harga soybean diperdagangkan jauh lebih mahal dari CPO, dan event, seperti Deepavali di India
“Di tahun 2023, kami menargetkan pertumbuhan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 5% – 10% yoy dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News