Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
"Indeks ini akan menjadi powerful bila dikombinasikan dengan indeks yang lain seperti LQ45, IDX 80, KOMPAS 100, maupun Indeks Sektoral yang sedang leading untuk menemukan saham yang tepat," terang William.
Saham Pilihan
Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova juga mengamini bahwa saham yang keluar dari daftar indeks SMC Liquid dan SMC Composite tidak serta-merta memiliki prospek yang buram. Sebab, secara teknikal pun ada beberapa saham yang diperkirakan tengah masuk fase akhir koreksi dan berpotensi mengalami rebound pada tahun ini.
"Keluarnya emiten tersebut lebih karena tidak memenuhi kriteria penghuni indeks IDX SMC Liquid yaitu saham berkapitalisasi pasar kecil dan menengah serta dari sisi likuiditas nilai transaksinya di pasar reguler menurun di bawah kriteria yang ditetapkan," jelas Ivan.
Dari deretan emiten yang keluar dari daftar, Ivan memprediksi ada sejumlah saham yang berpotensi berbalik menguat maupun melanjutkan uptrend sebelumnya. Saham itu meliputi ADRO, MAIN dan WEGE.
Di sisi lain, Ivan melihat ada beberapa saham yang baru masuk ke indeks SMC dengan prospek cerah baik secara teknikal maupun karena ada dukungan dari kinerja keuangan pada tahun 2021 lalu. Saham tersebut meliputi AMRT, ANTM, BFIN, BUKA, INCO, PNBN, dan SRTG.
Baca Juga: Asing Net Sell Rp 97,8 Miliar, IHSG Ditutup Turun 0,2% ke 6.631 Pada Hari Ini (31/1)
Beberapa sektor yang menarik untuk dicermati pelaku pasar adalah pertambangan, khususnya nikel. Prospek sektor ini terpoles pengembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia. Ivan menjagokan ANTM dan INCO dengan target harga masing-masing di Rp 2.200 dan Rp 5.250 per saham.
Selanjutnya, dengan sentimen digitalisasi keuangan dan bisnis, maka pelaku pasar bisa mencermati saham BFIN dan BUKA dengan target harga masing-masing di level Rp 1.600 dan Rp 450. Menurut Ivan, secara teknikal saham-saham tersebut umumnya berada pada fase akhir koreksi maupun berpotensi melanjutkan uptrend.
Kemudian dari sektor perbankan Ivan menjagokan BDMN. Lalu MNCN untuk sektor media, serta AALI dan LSIP untuk emiten kelapa sawit (CPO).
"Kedua indeks tersebut pada dasarnya diisi emiten yang mencatatkan kinerja yang baik di tahun 2021 dan memiliki prospek harga yang menarik di tahun 2022 sebagai perwakilan dari setiap sektornya," ungkap Ivan.
Baca Juga: IHSG Ditutup Turun 0,2% ke 6.631 Pada Hari Ini (31/1), Asing Lepas BBRI, SMMA, BBCA
Sementara itu, William juga menilai bahwa secara umum saham-saham yang tergabung dalam IDX SMC Liquid dan IDX SMC Composite cukup menarik untuk diperhatikan pelaku pasar. Khususnya untuk emiten yang juga tergabung di IDX Energy dan IDX Basic.
William menilai ada beberapa saham yang menarik untuk dikoleksi. Yakni BRMS dengan rekomendasi buy on weakness (BoW) pada target harga Rp 153. Lalu rekomendasi BoW untuk INKP dengan TP Rp 8.600, BoW saham JPFA dengan TP Rp 1.850. Selanjutnya BoW untuk SMGR di Rp 7.800 dan BoW saham BFIN dengan TP Rp 1.400.
Kemudian William merekomendasikan buy untuk saham BUKA dengan target harga Rp 400, saham SAMF dengan rekomendasi spec buy di target harga Rp 850, serta spec buy saham SRTG di target harga Rp 3.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News