kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham-saham pencetak rekor sudah jenuh beli


Senin, 23 Oktober 2017 / 20:17 WIB
Saham-saham pencetak rekor sudah jenuh beli


Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama Oktober ini, ada beberapa saham yang mampu memberikan imbal hasil yang fantastis bagi pemegang saham. Meski begitu, saat ini bukan lagi waktu yang tepat bagi investor ataupun trader untuk mengakumulasi saham-saham tersebut.

Walau pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) cenderung stagnan selama Oktober, terdapat beberapa saham yang mampu memberikan imbal hasil hampir 50% sepanjang Oktober ini. Saham-saham tersebut bahkan berhasil mencetak harga tertinggi  sepanjang sejarah pada bulan ini.

Beberapa saham tersebut diantaranya saham PT Indospring Tbk (INDS), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS), PT Wicaksana Overseas International Tbk (WICO), PT Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA), PT Ateliers Mecaniques D Indonesie Tbk (AMIN), PT Majapahit Inti Corpora Tbk (AKSI), PT Nusantara Infrastructure Tbk (META), dan Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP). Saham-saham ini bisa memberikan imbal hasil hingga 47,54% sekaligus menyentuh rekor harga tertinggi sepanjang tahun ini.

Analis Binaartha Parama Sekuritas M. Nafan Aji mengatakan, sebagian besar pergerakan saham-saham tersebut dipengaruhi oleh faktor fundamental.

"Saham WICO, misalnya. Di kuartal kedua lalu perusahaan berhasil mencetak laba hingga Rp 717,45 juta, tidak seperti pada kuartal II-2016 di mana membukukan rugi hingga Rp 828,91 juta. Sehingga wajar saja kalau harga saham ini naik," kata Nafan, Senin (23/10).

Tak hanya WICO, saham META, OASA, dan AMIN pun memperlihatkan adanya prospek perbaikan kinerja ke depan. Hal ini membuat para pelaku pasar jadi tertarik pada saham ini.

Selain kinerja, valuasi juga turut mempengaruhi para pelaku pasar sehingga memilih masuk ke saham ini. Menurut Nafan, saham seperti MBAP dan BYAN diminati para pelaku pasar lantaran punya valuasi yang rendah dengan prospek yang positif.

Beberapa perusahaan pun berhasil membenahi diri sehingga membuat saham mereka semakin menarik. Saham-saham seperti INDS dan MBAP, misalnya, dilirik para pelaku pasar lantaran rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity ratio (DER) yang semakin mengecil tiap tahun. Hal ini, menurut Nafan, menunjukkan bahwa perusahaan telah menerapkan good corporate governance yang baik.

Di sisi lain, faktor teknikal pun dapat mempengaruhi pergerakan harga suatu saham. Hal ini terjadi pada saham AKSI yang memperlihatkan adanya potensi bearish pada harga saham tersebut.

Meskipun saham-saham tersebut telah terbukti memberikan return yang tinggi kepada para pemegang saham, Nafan menilai saat ini sudah terlambat bagi para pelaku pasar untuk melakukan akumulasi pada saham-saham tersebut.

"Jika dilihat dari indikator stochastic dan RSI, saham-saham tersebut sudah menunjukkan jenuh beli alias overbought," paparnya.

Saham-saham tersebut nampaknya sudah sulit untuk kembali meningkat dan memberikan return yang lebih tinggi lagi. Ia pun merekomendasikan hold untuk seluruh saham tersebut.

Nafan memperkirakan, saham AKSI akan bergerak di kisaran harga Rp 410 - Rp 630 per saham. Saham AMIN di kisaran Rp 380 - Rp 420 per saham, saham MBAP Rp 2.950 - Rp 3.250 per saham, saham BYAN Rp 8.400 - Rp 9.400 per saham.

Sedangkan untuk saham MBSS berada di kisaran angka Rp 525 - Rp 580 per saham, saham META di level Rp 194 - Rp 214 per saham, saham WICO RP 465 - Rp 535 per saham, saham INDS berkisar antara Rp 1.375 - Rp 1.450 per saham, dan saham OASA di level Rp 615 - Rp 710 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×