kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.053   69,54   1,00%
  • KOMPAS100 1.055   14,86   1,43%
  • LQ45 830   12,77   1,56%
  • ISSI 214   1,32   0,62%
  • IDX30 423   7,30   1,75%
  • IDXHIDIV20 510   8,47   1,69%
  • IDX80 120   1,70   1,44%
  • IDXV30 125   0,84   0,68%
  • IDXQ30 141   2,15   1,55%

Saham lapis kedua ikut mengerek IHSG


Senin, 23 Oktober 2017 / 07:45 WIB
Saham lapis kedua ikut mengerek IHSG


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham perbankan masih menjadi pemain kunci di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), empat saham bank masuk 10 besar saham penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Keempat saham bank itu adalah saham Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Negara Indonesia (BBNI), serta saham Bank Mandiri (BMRI).

Secara umum, indeks finansial juga menjadi indeks dengan pertumbuhan terbaik di BEI, yakni mencapai 27% sejak awal tahun. Pencapaian ini jauh melampaui kenaikan IHSG yang cuma 12%.

Prospek saham perbankan menanjak lantaran kinerjanya terus membaik. Apalagi, pencadangan bank cenderung menurun, menyusul ekspektasi terhadap kredit macet yang semakin rendah.

Selain saham bank, ada beberapa saham blue chip lainnya yang masuk dalam jajaran saham penggerak IHSG. Mereka adalah Unilever Indonesia (UNVR), United Tractors (UNTR) dan Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Saham ini memang mencatatkan kinerja bagus dan konsisten, sehingga harga sahamnya menanjak.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, saham blue chip dari sektor perbankan memang menjadi penyumbang terbesar kenaikan IHSG. Hal ini mengingat saham perbankan sudah naik cukup tinggi.

Selain blue chip, ada pula saham lapis kedua yang menjadi penggerak indeks saham. Mereka adalah Indah Kiat Pulp & Paper (INKP), Chandra Asri Petrochemical (TPIA) dan Barito Pacific (BRPT). Menurut Hans, saham yang masuk sektor industri dasar seperti TPIA dan BRPT memang memiliki fundamental bagus.

Misal TPIA. Tren pelemahan harga minyak mentah, turut menopang kinerja. Sebab, harga bahan baku TPIA, yakni nafta, turun signifikan, sehingga mendongkrak margin produsen petrokimia ini. Sementara harga saham INKP masih relatif murah. "Valuasi saham agak murah, PER-nya rendah," ujar Hans.

Harga INKP bahkan melonjak 386% sejak awal tahun. Kinerja emiten Grup Sinarmas ini diprediksi akan terus membaik di kuartal empat ini. "Semula investor beranggapan industri kertas akan mati. Tapi sekarang, investor melihat dengan horizon yang lebih luas, seperti pembuatan kardus dari kertas, sehingga masyarakat sadar hal ini bisa membuat kinerja INKP meningkat." ujar Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada.

Hal serupa juga terjadi pada BRPT. Dengan berfokus pada penggunaan industri kimia dan memperoleh pendapatan yang cukup baik dari industri ini, BRPT menjadi emiten yang layak untuk dilirik. Begitu pula anak usahanya, TPIA.

Untuk mempertahankan posisi ini, manajemen harus menyampaikan informasi secara transparan sehingga investor tertarik membeli saham tersebut. "Kemudian, jangan sampai tersandung dengan informasi yang merugikan emiten," kata Reza

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×