Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa saham mencatatkan peningkatan harga yang signifikan sepanjang bulan Februari 2021. Menurut data Bloomberg, persentase kenaikan harganya bisa mencapai tiga digit.
Tiga saham dengan peningkatan harga paling tinggi sejak awal bulan hingga penutupan perdagangan hari ini, Jumat (26/2) adalah PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK) yang terkerek 1.880,58% ke harga Rp 2.040 per saham. Setelahnya disusul PT Damai Sejahtera Abadi Tbk (UFOE) yang naik hingga 333,66% ke harga Rp 438 per saham. Ada juga PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) yang meningkat 305,21% ke harga Rp 1.710 per saham.
Setelahnya secara berurutan ada PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC), PT Bank Ganesha Tbk (BGTG), PT Indointernet Tbk (EDGE), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), PT Fortune Indonesia Tbk (FORU), PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO), dan PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI).
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengamati, top gainers sepanjang bulan Februari ini diwarnai oleh saham-saham perbankan. Lima dari sepuluh saham yang naik signifikan adalah saham-saham perbankan seperti BANK, BNBA, INPC, BGTG, dan BBYB. "Top gainers rata-rata saham bank yang terkait kabar mengenai bank digital," imbuh William kepada Kontan.co.id, Jumat (26/2).
Baca Juga: Kinerja diproyeksi tumbuh, begini rekomendasi untuk saham Astra International (ASII)
Selama sentimennya masih ada, William menilai saham-saham tersebut masih dapat menjadi pilihan untuk trading. Walaupun tidak dipungkiri, risiko masuk ke saham-saham tersebut tinggi saat ini karena harganya sudah melambung. Oleh karenanya William melihat, BNBA, INPC, dan BBYB cenderung menjadi lebih menarik karena sahamnya baru mulai menyusul penguatan. Sehingga risikonya menjadi lebih rendah dibanding saham-saham bank lain.
Sementara untuk saham-saham top gainers non-perbankan, William mengungkapkan penguatannya terdorong sentimen yang variatif, salah satunya beberapa saham baru listing di bursa. Asal tahu saja, harga saham baru biasanya cenderung naik selama beberapa minggu pertama.
Sementara itu, Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengamati, saham-saham top gainers di bulan Februari ini likuiditasnya tidak terlalu ramai. Sehingga, lebih sensitif terhadap arus dana atau transaksi yang melonjak akhir-akhir ini. "Beberapa juga baru listing. Jajaran top gainers juga banyak dari bank-bank dengan size kecil terdorong spekulasi akuisisi oleh bank besar dan/atau menjadi bank digital," ungkap Zamzami kepada Kontan.co.id, Jumat (26/2).
Baca Juga: IHSG sepekan menguat 0,16% terdorong stimulus pajak kendaraan & uang muka KPR 0%
Bagi investor yang tertarik masuk ke saham-saham tersebut, Zamzami menyarankan trading jangka pendek. Akan tetapi dia mengingatkan investor untuk masuk ke saham-saham tersebut jika memang sesuai dengan profil risikonya. Dia pun menekankan adanya risiko likuiditas saham tidak kembali seramai sebelumnya dan pergerakan harga saham yang sangat volatile.
Sementara itu William mengungkapkan, saham-saham yang menguat karena sentimen khusus memiliki risiko profit taking yang dilakukan oleh pelaku pasar lain. Di samping itu, ada peluang sentimen yang mengerek harga saham itu tidak sesuai dengan realitas di masa mendatang.
"Tapi selama investornya punya strategi untuk exit, mestinya tidak masalah untuk mengikuti saham-saham tersebut. Membeli pada momen koreksi bisa dilakukan di saat seperti ini," ujar William.
Sekadar informasi, selain saham-saham yang naik tinggi, ada beberapa saham yang melorot dalam sepanjang Februari 2021. Menurut data Bloomberg, penurunan harganya bisa menyentuh dua digit.
Baca Juga: IHSG melemah 0,76% ke 6.241 pada Jumat (26/2), asing catat net sell Rp 95,07 miliar
Sejak awal Februari hingga penutupan perdagangan Jumat (26/2), tiga saham yang turun paling dalam ada PT Sejahtera Bintang Abadi Tbk (SBAT) terkikis 42,86% menjadi Rp 60. Disusul PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) yang menurun 42,25% menjadi Rp 1.230. Ada juga PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) yang terkikis 40% menjadi Rp 282.
Setelahnya secara berurutan ada PT Global Teleshop Tbk (GLOB), PT Era Mandiri Cemerlang Tbk (IKAN), PT Sumber Global Energy Tbk (SGER), PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk (CANI), PT Pudjiadi And Sons Tbk (PNSE), PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO), dan PT LCK Global Kedaton Tbk (LCKM).
William mengamati, tidak ada sentimen khusus yang menekan saham-saham dalam top losers itu. Oleh karenanya William memprediksi tekanan yang terjadi disebabkan perpindahan arus dana. Lebih lanjut dia mengungkapkan, beberapa saham dalam top losers masih baru dan belum jelas prospeknya. Investor pun disarankan untuk wait and see terlebih dahulu.
Baca Juga: Bursa saham Jepang jatuh 4% menutup pekan ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News