Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Bagi investor yang tertarik masuk ke saham-saham tersebut, Zamzami menyarankan trading jangka pendek. Akan tetapi dia mengingatkan investor untuk masuk ke saham-saham tersebut jika memang sesuai dengan profil risikonya. Dia pun menekankan adanya risiko likuiditas saham tidak kembali seramai sebelumnya dan pergerakan harga saham yang sangat volatile.
Sementara itu William mengungkapkan, saham-saham yang menguat karena sentimen khusus memiliki risiko profit taking yang dilakukan oleh pelaku pasar lain. Di samping itu, ada peluang sentimen yang mengerek harga saham itu tidak sesuai dengan realitas di masa mendatang.
"Tapi selama investornya punya strategi untuk exit, mestinya tidak masalah untuk mengikuti saham-saham tersebut. Membeli pada momen koreksi bisa dilakukan di saat seperti ini," ujar William.
Sekadar informasi, selain saham-saham yang naik tinggi, ada beberapa saham yang melorot dalam sepanjang Februari 2021. Menurut data Bloomberg, penurunan harganya bisa menyentuh dua digit.
Baca Juga: IHSG melemah 0,76% ke 6.241 pada Jumat (26/2), asing catat net sell Rp 95,07 miliar
Sejak awal Februari hingga penutupan perdagangan Jumat (26/2), tiga saham yang turun paling dalam ada PT Sejahtera Bintang Abadi Tbk (SBAT) terkikis 42,86% menjadi Rp 60. Disusul PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) yang menurun 42,25% menjadi Rp 1.230. Ada juga PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) yang terkikis 40% menjadi Rp 282.
Setelahnya secara berurutan ada PT Global Teleshop Tbk (GLOB), PT Era Mandiri Cemerlang Tbk (IKAN), PT Sumber Global Energy Tbk (SGER), PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk (CANI), PT Pudjiadi And Sons Tbk (PNSE), PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO), dan PT LCK Global Kedaton Tbk (LCKM).
William mengamati, tidak ada sentimen khusus yang menekan saham-saham dalam top losers itu. Oleh karenanya William memprediksi tekanan yang terjadi disebabkan perpindahan arus dana. Lebih lanjut dia mengungkapkan, beberapa saham dalam top losers masih baru dan belum jelas prospeknya. Investor pun disarankan untuk wait and see terlebih dahulu.
Baca Juga: Bursa saham Jepang jatuh 4% menutup pekan ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News