Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) telah merilis kinerja keuangan sepanjang tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan, ASII berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp 175,05 triliun atau menyusut 26,19% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 237,17 triliun.
Adapun laba yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk sebesar Rp 16,16 triliun atau turun dari periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 19,46 triliun.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, realisasi kinerja Astra International pada tahun lalu melampaui proyeksi. Adapun berdasar riset Kiwoom, prediksi pendapatan ASII berada di Rp 171,9 triliun untuk tahun 2020.
Baca Juga: IHSG melemah 0,76% ke 6.241 pada Jumat (26/2), asing catat net sell Rp 95,07 miliar
“Pasar juga sudah merespons lebih dulu dan pasar tidak terlalu merespons terlalu negatif. Penurunan harga lebih ke karena faktor teknikal. Karena kenaikan harga sudah tinggi juga,” kata Sukarno ketika dihubungi Kontan, Jumat (26/2).
Pada penutupan perdagangan hari ini, saham ASII terkoreksi 3,14% ke harga Rp 5.400 per saham. Menurut Sukarno, penurunan harga ini terbilang wajar. Lebih lanjut, ia memandang Astra International dapat mencetak kinerja lebih baik pada tahun ini ketimbang tahun 2020.
Sukarno memproyeksi kinerja pada tahun ini bisa tumbuh di kisaran 12% hingga 15%. Ia melihat emiten tersebut bisa mencapai pertumbuhan tersebut seiring dengan peluang yang ada. Adapun sejumlah pendorongnya ada sentimen DP 0% untuk mobil dan tren penurunan suku bunga.
“Kemudian kita juga harus perhatikan program vaksinasi, apakah bisa berhasil dan apakah tingkat kesembuhan dan penyebarannya bisa diatasi. Sentimen positif untuk ASII juga datang dari potensi kenaikan harga CPO,” paparnya.
Baca Juga: IHSG melemah 0,76% ke 6.241 pada Jumat (26/2), asing lepas ASII, ACES, BMRI
Sukarno merekomendasikan pelaku pasar untuk bisa melakukan strategi buy on weakness saham ASII. “Sudah bisa mulai akumulasi sekarang karena penurunannya sudah dalam juga dari harga tertinggi tahun ini. Idealnya harga harus bertahan atau tidak breakdown 5.200,” sarannya.
Apabila harga saham ASII breakdown 5.200, maka pelaku pasar bisa melakukan strategi jangka pendek untuk strong buy. Adapun harga wajar untuk ASII berada di 5.400.
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menyarankan pelaku pasar untuk wait and see pada support 5.300, dan apabila dapat bertahan bisa beli dengan target harga Rp 6.250 per saham.
Selanjutnya: Tahun 2020, Vale Indonesia (INCO) mencetak penjualan US$ 764,7 juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News