kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Saham-Saham Blue Chip Ini Berpotensi Jadi Incaran Asing


Rabu, 29 November 2023 / 05:19 WIB
Saham-Saham Blue Chip Ini Berpotensi Jadi Incaran Asing
ILUSTRASI. Pegawai melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/4/2023). Masih terdapat potensi yang cukup besar dana asing untuk masuk. Mengingat masih ada saham blue chip yang memiliki kinerja positif.


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing masih potensial masuk pasar saham Indonesia.

Direktur Utama Kiwoom Sekuritas Indonesia Chang-kun Shin bilang, masih ada potensi cukup besar dana asing masuk pasar saham. Mengingat masih ada saham-saham blue chip yang memiliki kinerja positif namun harga sahamnya terus menurun dan secara valuasi sudah murah.

"Selain itu didukung oleh beberapa faktor makro, antara lain, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih positif," kata Shin kepada Kontan.co.id, Selasa (28/11).

Adapun Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,2% pada tahun 2023. Kemudian inflasi yang terkendali sesuai target Bank Indonesia (BI).

Shin menuturkan beberapa faktor yang mempengaruhi aliran dana asing ke pasar saham Indonesia hingga akhir tahun 2023. Antara lain, kebijakan moneter bank sentral AS. The Fed diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuan untuk mencegah inflasi.

"Hal ini dapat menyebabkan arus modal asing keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," tuturnya.

Baca Juga: IHSG Naik 0,39% ke 7.041 Pada Selasa (28/11), BRPT, MDKA, MEDC Top Gainers LQ45

Faktor lain, kondisi ekonomi global yang tidak stabil, seperti perang Rusia-Ukraina, dapat menyebabkan investor asing menjadi lebih konservatif dalam berinvestasi. Serta, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Jika prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun, maka minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia juga akan menurun," jelasnya.

Adapun saham-saham yang menurut Shin masih menarik untuk dicermati dan berpotensi menjadi incaran investor asing di antaranya, saham perbankan, seperti BBRI, BBNI, BBCA, dan BMRI.

"Saham perbankan masih menjadi salah satu favorit investor asing karena memiliki fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhan yang cerah," kata Shin.

Selanjutnya, saham non siklikal, seperti INDF dan ICBP. Saham konsumer non-siklikal, kata Shin, juga masih diminati investor asing, karena memiliki permintaan yang relatif stabil.

Lalu, saham berbasis energi baru terbarukan (EBT), seperti ADRO, PTBA, dan TLKM. Menurutnya, saham sektor EBT merupakan salah satu yang diuntungkan dari tren global untuk mengurangi emisi karbon.

"Selain itu ada saham ASII dari fundamental dan valuasi yang sudah murah juga karena sahamnya sudah turun dalam," ungkapnya.

Baca Juga: Window Dressing Berpeluang Terjadi di Akhir 2023, Cek Rekomendasi Analis

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, dana asing akan lebih banyak masuk hingga akhir tahun ini, dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya.

"Sentimennya karena tidak naiknya suku bunga the Fed dan menguatnya rupiah serta turunnya indeks USD," kata Budi kepada Kontan.co.id, Selasa (28/11).

Menurutnya, saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang akan menarik untuk dilirik dan berpotensi menjadi incaran investor asing.

Alhasil, Budi merekomendasikan saham JSMR dengan target harga Rp 6.000-Rp 7.000 per saham dan ASII dengan target harga Rp 6.000-Rp 6.500 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×