kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   0,00   0,00%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Saham Perusahaan Teknologi Topang Wall Street di Tengah Perang Tarif AS-China


Rabu, 09 April 2025 / 21:47 WIB
Saham Perusahaan Teknologi Topang Wall Street di Tengah Perang Tarif AS-China
ILUSTRASI. Seorang pedagang bekerja di lantai New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, Amerika Serikat, 7 April 2025. Wall Street menguat tipis pada Rabu (10/4) setelah investor memborong saham teknologi yang lebih murah di tengah ketidakpastian.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street menguat tipis pada Rabu (10/4) setelah investor memborong saham teknologi yang lebih murah di tengah ketidakpastian akibat perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Pada pukul 09:52 pagi waktu setempat, indeks Dow Jones Industrial Average naik 94,72 poin atau naik 0,25% menjadi 37.740,31. Indeks S&P 500 bertambah 31,96 poin atau naik 0,64% ke level 5.014,73, sementara Nasdaq Composite melonjak 222,93 poin atau menguat 1,46% menjadi 15.490,84.

Sebagian besar saham teknologi mencatatkan kenaikan, dengan Apple dan Nvidia masing-masing naik hampir 2,5%, sementara Microsoft bertambah 1,2%. Sektor teknologi secara keseluruhan menguat 1,5%.

Baca Juga: Di Tengah Perang Dagang AS – China, Wamenlu Beberkan Peluang dan Strategi Indonesia

"Refleks membeli saat harga turun cukup kuat, dan penurunan saham teknologi menjadikannya lebih menarik bagi investor," ujar Chris Beauchamp, Kepala Strategi di IG.

Meskipun mengalami kenaikan, ketiga indeks utama masih turun lebih dari 10% dari level sebelum pengumuman tarif balasan AS pekan lalu. China menanggapi dengan menaikkan tarif impor terhadap barang-barang AS menjadi 84%, naik dari 34% sebelumnya, efektif mulai 10 April.

Meningkatnya ketegangan perdagangan membuat investor menarik diri dari saham, komoditas industri, dan obligasi pemerintah. Ketidakpastian ini menambah kekhawatiran akan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi AS, terutama menjelang musim laporan keuangan perusahaan.

"Semakin lama sengketa ini berlangsung dan semakin intensif pembalasannya, kepercayaan investor dan konsumen akan semakin terkikis," kata Sam Stovall, Kepala Strategi Investasi di CFRA Research.

Baca Juga: Uji Peruntungan Reksadana Saham Global di Tengah Perang Tarif

Di sektor kesehatan, saham perusahaan farmasi turun setelah Presiden AS Donald Trump kembali menegaskan rencana penerapan tarif besar pada impor farmasi. Eli Lilly anjlok 3,7% dan AbbVie turun 4,1%.

Sementara itu, saham perusahaan energi juga tertekan. Exxon Mobil dan Chevron masing-masing turun lebih dari 1,5% seiring harga minyak mentah yang jatuh ke level terendah dalam lebih dari empat tahun.

Indeks Volatilitas CBOE, yang sering disebut sebagai indikator ketakutan Wall Street, mendekati level tertinggi sejak Agustus tahun lalu di angka 51,66 poin.

Baca Juga: Wall Street Lanjutkan Penurunan Setelah Gedung Putih Bantah Laporan Penghentian Tarif

Di pasar obligasi, investor melepas obligasi pemerintah AS, mendorong imbal hasil lebih tinggi. Imbal hasil obligasi 10 tahun mendekati level tertinggi sejak akhir Februari di 4,356%, berpotensi mencatat lonjakan mingguan terbesar sejak 2001.

Fokus investor kini tertuju pada risalah rapat kebijakan Federal Reserve bulan Maret yang akan dirilis hari ini, serta laporan inflasi harga konsumen yang dijadwalkan pada Kamis, yang diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek inflasi.

Di sektor lain, saham perusahaan China yang terdaftar di AS melemah setelah pengumuman tarif balasan dari Tiongkok. ETF iShares MSCI China terakhir naik 3,6%.

Baca Juga: Perang Dagang AS-China Pecah, Ini Negara yang Paling Terdampak

Sementara itu, Delta Air Lines melonjak 6,1% setelah mencatat laba kuartal pertama yang melampaui ekspektasi. Namun, maskapai ini menurunkan proyeksi keuangannya untuk 2025 dan memperkirakan laba kuartal mendatang di bawah ekspektasi.

Di bursa saham, jumlah saham yang turun lebih banyak daripada yang naik, dengan rasio 1,63 banding 1 di NYSE dan 1,14 banding 1 di Nasdaq. Indeks S&P 500 tidak mencatatkan titik tertinggi baru dalam 52 minggu, tetapi mencatatkan 90 titik terendah baru. Nasdaq Composite mencatatkan tiga titik tertinggi baru dan 391 titik terendah baru.

Selanjutnya: Mencermati Prospek Reksadana Ditengah Volatilitas Pasar, Mana yang Potensial?

Menarik Dibaca: 3 Cara Membuat Twibbon Online Pakai Aplikasi Canva, Picsart, dan Twibbonize

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




[X]
×