kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   15.000   0,94%
  • USD/IDR 16.290   50,00   0,31%
  • IDX 7.257   75,31   1,05%
  • KOMPAS100 1.072   13,85   1,31%
  • LQ45 846   11,73   1,41%
  • ISSI 216   3,00   1,41%
  • IDX30 435   5,37   1,25%
  • IDXHIDIV20 520   7,40   1,44%
  • IDX80 122   1,62   1,34%
  • IDXV30 124   0,62   0,50%
  • IDXQ30 143   2,07   1,47%

Saham Konglomerasi Masih Menyetir Arah IHSG, Cermati Rekomendasi Berikut Ini


Rabu, 22 Januari 2025 / 21:12 WIB
Saham Konglomerasi Masih Menyetir Arah IHSG, Cermati Rekomendasi Berikut Ini
ILUSTRASI. IHSG menutup perdagangan Rabu (22/1) dengan lonjakan 1,05% ke posisi 7.257,12. Di luar saham bank besar plat merah yang kembali bergairah, mayoritas saham penggerak IHSG (top leaders) secara year to date berasal dari grup konglomerasi.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bertahan untuk melanjutkan penguatan dalam enam perdagangan beruntun. Dalam gerak menanjak IHSG tersebut, saham milik konglomerat atau grup konglomerasi masih menyetir arah IHSG.

IHSG menutup perdagangan Rabu (22/1) dengan lonjakan 1,05% ke posisi 7.257,12. Di luar saham bank besar plat merah yang kembali bergairah, mayoritas saham penggerak IHSG (top leaders) secara year to date berasal dari grup konglomerasi.

Saham milik taipan Prajogo Pangestu mendominasi dengan menempatkan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Petrosea Tbk (PTRO). Saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dari Grup Sinar Mas juga kembali tancap gas.

Begitu juga PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang terafiliasi dengan Grup Bakrie dan Salim. Selain itu, ada saham pendatang baru PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) dari Grup Agung Sedayu milik taipan Aguan.

Baca Juga: Catatan dan Rekomendasi Saham Jelang Rebalancing MSCI: Ada BREN, CUAN dan BRMS

Di sisi yang lain, saham pemberat indeks (laggards) juga banyak diisi oleh saham konglomerasi. Tiga teratas dihuni oleh PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) milik Prajogo, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) punya Aguan, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dari Grup Djarum.

Sebagai catatan, saham-saham konglomerasi ini bergerak dinamis. Tengok saja harga saham TPIA yang mampu menanjak 3,33% dan masuk sebagai leaders secara harian. Harga BBCA juga naik 0,26% pada perdagangan Rabu (22/1).

Secara bersamaan, saham dari Grup Salim dan Medco, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang sebelumnya laggards, kini sudah menguat 5,52%. Sebaliknya, PTRO dan CBDK kompak merosot, dengan penurunan 3,83% dan 5,51%.

Bobotnya besar ke IHSG

Pendiri Stocknow.id Hendra Wardana menyoroti dua faktor utama yang membuat emiten konglomerasi mendominasi barisan saham leaders dan laggards yang menentukan arah IHSG. Pertama, saham konglomerasi saat ini punya kapitalisasi pasar yang besar (big cap), sehingga punya bobot yang jumbo bagi IHSG.

Kedua, ramai sentimen yang sedang mengiringi sejumlah saham konglomerasi. Terutama pada saham BREN, CUAN dan BRMS yang dirumorkan berpeluang masuk ke dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI).

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan ikut menyoroti sentimen rebalancing MSCI bulan depan. Setidaknya untuk ketiga saham tersebut, momentum penguatan masih bisa bertahan hingga evaluasi indeks MSCI rampung.

"Aktivitas spekulatif dan akumulasi investor seringkali meningkat menjelang rebalancing, terutama pada saham-saham yang dirumorkan masuk. Namun, pasca-rebalancing, ada kecenderungan investor melakukan aksi profit taking, sehingga bisa mengalami koreksi" kata Ekky kepada Kontan.co.id, Rabu (22/1).

Baca Juga: IHSG Menguat 6 Hari Beruntun, Cek Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Kamis (23/1)

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas David Kurniawan memperkirakan saham-saham konglomerasi masih akan mendominasi pergerakan IHSG di awal tahun ini. Secara tren harga, BREN, AMMN dan DSSA masih berpotensi melaju. Sedangkan PANI masih dalam tekanan.

David menyarankan agar tetap waspada terhadap volatilitas pasar. Dia menyoroti sentimen global dan lokal yang perlu diperhatikan, seperti efek setelah pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dan dampak dari keputusan Bank Indonesia yang secara mengejutkan memangkas suku bunga.

Dus, bagi investor yang belum mengambil posisi, David menyarankan wait and see terlebih dulu. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto memperkirakan dominasi saham konglomerasi akan bertahan, setidaknya hingga kuartal I-2025.

Pandhu menyoroti situasi dalam negeri yang masih minim katalis, dengan kebijakan pemerintah dan makro ekonomi yang belum bisa memacu arus dana dari investor asing (capital inflow) secara signifikan. Menurut Pandhu, perlu "growth story" yang lebih kuat di samping hilirisasi.

"Jika ada potensi growth yang kuat pada suatu industri tentu dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang baru. Harapannya saham-saham bluechip terdampak positif dari pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," kata Pandhu.

Overvalue

Sedangkan untuk saham konglomerasi, Pandhu mengingatkan rata-rata valuasinya sudah terbilang overvalue. Dus, strategi yang bisa dipertimbangkan lebih mengarah pada trading jangka pendek.

"Saham-saham tersebut masih perlu membuktikan diri bahwa ekspektasi yang tinggi selama ini memang benar-benar akan dapat mereka capai," tegas Pandhu.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal MDKA, PYFA, BMRI untuk Perdagangan Kamis (23/1)

Praktisi Pasar Modal Raden Bagus Bima punya pandangan serupa. Saham-saham konglomerasi masih akan mendominasi hingga saham-saham big cap atau blue chip lain mulai kembali ke fase uptrend. "Hal ini mungkin bisa terjadi satu atau dua bulan lagi. Peralihan biasa terjadi di pasar," ujar Bima.

Bima juga menyarankan peluang trading jangka pendek dengan mencermati kondisi teknikal dan sentimen yang mengiringi saham konglomerasi. Bima melirik BREN dengan rekomendasi buy pada rentang harga Rp 9.850 - Rp 10.000 untuk target harga Rp 10.500 - Rp 12.000 sebagai target tertingginya.

Ekky menyodorkan BRMS untuk target harga Rp 500 dan BREN yang berpotensi menguji kembali resistance Rp 10.700. Sementara Hendra menilai saham BREN, CUAN dan BRMS masih layak koleksi dengan target harga masing-masing di Rp 10.650, Rp 15.000 dan Rp 450. 

Rekomendasi lainnya, Hendra melirik PTRO masih layak koleksi saat terjadi koreksi dengan strategi buy on weakness. Sedangkan untuk TPIA, AMMN dan PANI Hendra menyarankan wait and see mencermati perbaikan kinerja atau sentimen yang lebih positif.

Selanjutnya: OJK Ungkap Sejumlah Tantangan Industri Reasuransi pada Tahun 2025

Menarik Dibaca: 4 Manfaat Cuka Apel Jika Dikonsumsi Setiap Hari, Gula Darah Jadi Stabil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×