kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   15.000   0,94%
  • USD/IDR 16.290   50,00   0,31%
  • IDX 7.257   75,31   1,05%
  • KOMPAS100 1.072   13,85   1,31%
  • LQ45 846   11,73   1,41%
  • ISSI 216   3,00   1,41%
  • IDX30 435   5,37   1,25%
  • IDXHIDIV20 520   7,40   1,44%
  • IDX80 122   1,62   1,34%
  • IDXV30 124   0,62   0,50%
  • IDXQ30 143   2,07   1,47%

Catatan dan Rekomendasi Saham Jelang Rebalancing MSCI: Ada BREN, CUAN dan BRMS


Rabu, 22 Januari 2025 / 20:06 WIB
Catatan dan Rekomendasi Saham Jelang Rebalancing MSCI: Ada BREN, CUAN dan BRMS
ILUSTRASI. Pekerja melintas di dekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (10/12/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alhasil ditutup melemah dengan kehilangan 17,94 poin (0,24%) ke level 7.419,78 di Sesi I pada Selasa (10/12/2024) usai bergerak fluktuatif sejak pagi hari tadi, di tengah-tengah sentimen data ekonomi RI terbaru yaitu Penjualan Ritel pada Oktober yang melambat. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kocok ulang alias rebalancing indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) akan berlangsung pada Februari 2025. Rumor dan spekulasi mengenai saham yang akan masuk dan keluar indeks MSCI mulai merebak di kalangan pelaku pasar.

Ada tiga saham yang santer disebut-sebut berpotensi masuk ke dalam indeks MSCI pada rebalancing bulan depan. 

Mereka adalah saham milik taipan Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), serta saham terafiliasi Grup Bakrie dan Salim yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).

Harga saham BREN, CUAN dan BRMS kompak di jalur menanjak sejak awal tahun 2025. Ketiga saham ini mengakumulasi kenaikan 6,20%, 31,69% dan 17,92% secara year to date. Penguatan ini membawa ketiganya berada di daftar saham penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Baca Juga: Rekomendasi Saham Multibagger yang Naik Ratusan hingga Ribuan Persen pada Tahun 2024  

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas David Kurniawan menyoroti tiga kriteria utama dalam rebalancing indeks MSCI. Pertama, kapitalisasi pasar (market cap). Emiten juga mesti memenuhi minimum free float adjusted untuk masuk ke kategori small cap atau large cap.

Kedua, likuiditas dengan mempertimbangkan rata-rata minimum transaksi. Ketiga, secara sektoral emiten harus termasuk dalam sektor yang memenuhi syarat Global Industry Classification Standard (GICS).

David membenarkan, ada rumor yang beredar di pasar bahwa saham BREN, CUAN dan BRMS berpotensi masuk MSCI. Dia mencontohkan BRMS yang berpeluang masuk ke dalam indeks MSCI, berdasarkan perhitungan kasar ketika harga di bawah Rp 485 dengan free float 35%.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan punya perkiraan yang sejalan dengan rumor di pasar bahwa BREN, CUAN dan BRMS berpotensi masuk MSCI. "Ketiga saham ini menunjukkan peningkatan kapitalisasi pasar dan volume transaksi yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir," kata Ekky kepada Kontan.co.id, Rabu (22/1).

Pendiri Stocknow.id Hendra Wardana turut menilai saham BREN, CUAN dan BRMS layak menjadi kandidat konstituen indeks MSCI. Perkiraan Hendra, ketiga saham tersebut memenuhi kriteria kapitalisasi pasar yang besar, likuiditas tinggi dan punya fundamental yang solid.

"Ketiganya menunjukkan performa yang menjanjikan baik dari segi pertumbuhan maupun transaksi harian. Kabar ini menjadi sentimen positif yang menarik perhatian investor," kata Hendra.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menambahkan, rebalancing indeks MSCI biasanya diikuti aliran dana masuk (capital inflow) yang cukup signifikan terhadap saham yang masuk menjadi konstituen. Mempertimbangkan posisi harga dan market cap saat ini, Pandhu menaksir BREN dan CUAN lebih berpeluang masuk ke indeks MSCI.

Baca Juga: Bisakah Para Investor Saham Menanti January Effect?

Sementara Praktisi Pasar Modal Raden Bagus Bima lebih menjagokan BREN. Dia melihat laju penguatan harga sahamnya sejauh ini terdongkrak oleh ekspektasi pasar terhadap potensi BREN masuk MSCI. 
"Apalagi akumulasi investor asing cukup besar dari sejak Desember 2024," kata Bima.

Di sisi lain, rebalancing indeks umumnya diikuti dengan rotasi. Dus, bersamaan dengan saham yang masuk, akan ada saham yang tergusur ke luar dari indeks. Rumor di pasar mengungkap tiga saham yang berpotensi terkena rotasi.

Mereka adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Sejalan dengan rumor tersebut, Ekky memprediksi ketiganya rawan tergeser dari indeks MSCI jika melihat penurunan harga yang terjadi di tahun lalu, yang juga menggerus market cap-nya.

Senada, Hendra memandang posisi UNVR, INKP dan MDKA rentan terkena rotasi dalam rebalancing kali ini mempertimbangkan volume transaksi dan tren harga yang melandai. 

"Kondisi ini menempatkan mereka dalam posisi rentan untuk terdepak dari MSCI, terutama jika tidak ada perbaikan signifikan dalam waktu dekat," terang Hendra.

Chief Executive Officer Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo menimpali, saham INKP dan UNVR berpotensi terkena rotasi dari indeks MSCI Global Standard. Praska menilai kedua saham tersebut berpeluang tergeser untuk pindah ke indeks MSCI Small Caps.

Sedangkan untuk MDKA, Praska melihat masih ada peluang tetap bertahan jika harga sahamnya bisa menembus kisaran level Rp 2.000. Sejauh ini, Praska memandang pelaku pasar tampak lebih menyoroti saham-saham yang berpotensi masuk ke dalam indeks MSCI.

Saran Praska, jangan terlena terhadap saham yang dirumorkan masuk maupun keluar indeks MSCI. Tetap harus cermat membatasi risiko, termasuk dengan menentukan batas stoploss yang ketat jika nanti berbalik koreksi.

Baca Juga: Ada Sentimen Window Dressing, Saham LQ45 Bisa Menguat di Akhir 2024

"Jika harga saham terus volatile hingga menjelang pengumuman rebalancing indeks, sebaiknya mengurangi eksposur pada saham tersebut," kata Praska.

David turut mengingatkan agar pelaku pasar berhati-hati dan tidak sekadar ikut-ikutan alias Fear of Missing Out (FOMO) terhadap saham yang dirumorkan masuk ke indeks global. Sedangkan Pandhu menyarankan untuk mencermati peluang sell on strength atau trading jangka pendek bagi saham yang menjadi kandidat indeks MSCI.

Catatan Pandhu, waspada terhadap potensi koreksi jika sentimen tersebut mereda. Apalagi jika valuasi saham terbilang sudah tinggi. 
"Misal benar masuk ke MSCI, biasanya justru dimanfaatkan untuk jualan," ujar Pandhu.

Sementara Hendra menilai saham BREN, CUAN dan BRMS masih layak koleksi dengan target harga masing-masing di Rp 10.650, Rp 15.000 dan Rp 450. 

Ekky melirik BRMS untuk target harga Rp 500 dan BREN yang berpotensi menguji kembali resistance Rp 10.700.

Sedangkan Bima menyarankan buy BREN pada rentang harga Rp 9.850 - Rp 10.000. Pelaku pasar bisa mempertimbangkan resistance Rp 10.500 dan level Rp 12.000 sebagai target harga tertingginya. 

Selanjutnya: Pemerintah Siapkan Rp 400 Triliun untuk MBG pada 2026 dan Bidik 82,9 Juta Penerima

Menarik Dibaca: 5 Kebiasaan Sehat yang Harus Diajarkan kepada Anak Setiap Hari, Orang Tua Wajib Tahu!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×