kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Saham jawara November tak didukung faktor fundamental, tapi...


Selasa, 04 Desember 2018 / 22:26 WIB
Saham jawara November tak didukung faktor fundamental, tapi...
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Auriga Agustina | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang November 2018 terdapat saham-saham yang mencetak perdagangan tertinggi. Harga saham  PT Sinergi Megah Internusa Tbk (NUSA), PT Indo Komoditi Korpora Tbk (INCF), PT Metro Realty Tbk (MTSM), PT Arkadia Digital Media Tbk (DIGI), PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI), PT Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA), PT Super Energy Tbk (SURE), PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO), PT Arthavest Tbk (ARTA), dan PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO) sentuh return tertinggi.

Kenaikan harga NUSA bahkan lebih dari 200%, sedang INCF dan MTSM naik lebih dari 100%. Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, kenaikan saham-saham tersebut rata-rata penyebabnya karena aksi goreng saham, bukan karena faktor fundamental.

Ambil contoh OASA, dia menilai saham tersebut adalah gorengan karena sebelum mengalami kenaikan, OASA tidak memiliki volume transaksi, akan tetapi pada 27 November hingga harga tertingginya 29 November, transaksi saham tersebut mendadak ramai.

“Sekarang malah menurun kembali dengan volume yang nyaris tidak ada, naik dan turun mendadak, lalu turun dan sepi mendadak ciri-ciri saham gorengan,” katanya.

Kendati demikian secara teknikal William menilai, dari top 10 saham LQ 45 yang DIGI, SURE dan NUSA yang masih memiliki potensi naik. "Tren ketiganya secara teknikal masih berpotensi naik," ujarnya.

Senada, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan rata-rata fundamental emiten tersebut memang tidak cemerlang, hanya saja rencana ekspansi bisnis yang akan dilakukan oleh beberapa emiten tersebut menarik perhatian Investor untuk masuk, contohnya NUSA.

"Emiten ini melakukan ekspansi bisnis agar dapat menambah jumlah villa baru di Batam, yang dekat Singapura ini akan menarik untuk Investor dan biasanya mereka akan mengabaikan fundamentalnya," ujarnya.

Sementara untuk DIGI menurut Nafan, faktor pendorong saham tersebut masuk ke dalam top 10 LQ 45 karena Investor mencermati rencana ekspansi bisnis yang akan mereka lakukan setelah initial public offering (IPO) dan prospek sektor saham DIGI dinilai menarik.

Dia menyarankan investor profit taking saham DIGI karena sudah berhasil menyentuh target harga teoritis di level Rp 2.100

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×