kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.889   41,00   0,26%
  • IDX 7.204   63,03   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,63   1,34%
  • ISSI 221   0,93   0,42%
  • IDX30 449   6,38   1,44%
  • IDXHIDIV20 540   5,74   1,07%
  • IDX80 127   1,43   1,14%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,74   1,18%

Saham-saham sektor tambang masih jadi jawara bursa


Rabu, 10 Oktober 2018 / 11:02 WIB
Saham-saham sektor tambang masih jadi jawara bursa


Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan tertinggi tahun ini. Indeks sektor pertambangan naik sebesar 21,56% year to date hingga 9 Oktober 2018. Padahal pada periode yang sama, IHSG melorot 8,79%.

Harga saham Bayan Resources (BYAN), Bukit Asam (PTBA), Indo Tambangraya Megah (ITMG) dan Vale Indonesia (INCO) menjadi saham tambang dengan return tertinggi. Dari sisi performa saham, keempat saham itu juga mencetak kenaikan signifikan, yaitu masing-masing 96,07%, 98,14%, 34,57 dan 20,14%.

Mino, analis Indo Premier Sekuritas, mengatakan, harga saham-saham tambang tersebut naik berkat fundamental perusahaan. Kinerja keuangan di semester I-2018 cukup bagus dan ada emiten yang melakukan aksi korporasi.

Tengok saja, BYAN berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 97% year on year (yoy) menjadi US$ 837 juta per Juni 2018. Laba bersih juga melonjak 123% menjadi US$ 121,48 juta. Pendapatan PTBA juga tumbuh 17% yoy menjadi Rp 10,53 triliun. Laba naik 33% jadi Rp 2,57 triliun.

Harga komoditas yang cukup tinggi mendorong harga saham tambang naik. "Harga batubara dalam setahun terakhir naik 15,80% dan harga nikel naik 18,80%," papar Mino, Selasa (9/10).

Menurut analis Panin Sekuritas William Hartanto, saham juga jadi incaran investor asing. Apalagi, dollar AS menguat terhadap rupiah. Artinya, emiten tambang yang banyak ekspor diuntungkan di tengah pelemahan rupiah. "Saat ini saham-saham sektor tambang memang menarik dikoleksi," kata William.

Namun, tak semua saham tambang mencetak performa bagus. Harga saham Delta Dunia Makmur (DOID), Timah (TINS), Adaro Energy (ADRO), Apexindo Pratama Duta (APEX) dan Indika Energy (INDY) masih minus.

Rovandi, analis Trimegah Sekuritas, menilai, fundamental emiten itu tidak bermasalah. Hanya, APEX yang kinerjanya kurang bagus. "Tapi, ada yang kurang likuid dan sedang downtrend, terpengaruh harga komoditas yang turun, seperti TINS," kata dia. Harga timah melorot 5,6% tahun ini.

Masih uptrend

Saat ini, sektor tambang dibayangi perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Menurut Mino, ada kecemasan perang dagang berdampak pada penurunan permintaan komoditas, terutama jika ekonomi China melambat. Toh, Mino yakin, harga saham pertambangan masih berpeluang naik hingga akhir tahun ini.

Harga saham-saham tambang juga relatif masih murah. Valuasi sektor ini setara price earning ratio (PER) 9,3 kali. "Lebih murah dibanding sektor lain, seperti telekomunikasi, konsumer dan otomotif," kata Rovandi.

Mino merekomendasikan ITMG, PTBA, INCO dan ANTM. Dia mematok target harga hingga akhir tahun ini masing-masing Rp 29.000, Rp 5.100, Rp 4.500 dan Rp 2.450.

William menyarankan beli PTBA, ITMG, INCO dan ESSA. Target harga di akhir 2018 masing-masing Rp 5.000, Rp 28.000, Rp 4.000 dan Rp 400. Sedangkan, Rovandi menjagokan PTBA dengan proyeksi harga di kisaran Rp 5.100–Rp 5.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×