kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.904   26,00   0,16%
  • IDX 7.205   64,44   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,16   1,11%
  • LQ45 879   12,29   1,42%
  • ISSI 221   1,13   0,52%
  • IDX30 449   6,77   1,53%
  • IDXHIDIV20 541   6,33   1,18%
  • IDX80 127   1,54   1,22%
  • IDXV30 135   0,55   0,41%
  • IDXQ30 149   1,80   1,22%

Kinerja emiten CPO diramalkan masih belum pulih di akhir tahun


Selasa, 02 Oktober 2018 / 21:28 WIB
Kinerja emiten CPO diramalkan masih belum pulih di akhir tahun
ILUSTRASI. Panen kelapa sawit


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham sektor perkebunan menjadi jawara selama kuartal III 2018 dengan kenaikan sebesar 9,29%. Di periode tersebut, saham LSIP tercatat yang naik paling tinggi sebesar 28,79%. Menyusul saham TBLA yang naik sebesar 18,08%.

Berikutnya saham ANJT, BWPT dan AALI yang masing-masing naik sebesar 15,42%, 12,85% dan 10,71%. Lalu, saham PALM, DSFI dan SSMS, masing-masing naik sebesar 6,68%, 3,00% dan 1,57% selama kuartal III 2018 .

Sedangkan saham emiten perkebunan yang mengalami stagnansi adalah saham GZCO dan MAGP.

Adapun saham emiten sektor ini yang turun paling tajam adalah saham JAWA yang turun drastis 13,09%. Kemudian, saham UNSP, DSNG dan GOLL yang masing-masing turun sebesar 10,43%, 6,40% dan 1,96%.

Menyusul saham BISI, SGRO dan SIMP yang masing-masing turun sebesar 1,45%, 0,85% dan 0,41%.

Direktur Avere Mitra InvestamaTeguh Hidayat mengatakan, saham-saham sektor CPO sepanjang kuartal III ini naik cukup signifikan. Namun jika dicermati dari awal tahun 2018 hingga Juni 2018, saham-saham tersebut sebenarnya turun.

"Jadi jika dilihat dari awal tahun hingga kini, kinerja emiten-emiten tersebut sebenarnya tidak mengalami perubahan yang berarti. Jadi saham-saham seperti LSIP dan AALI atau saham lainnya yang naik pada kuartal III ini, sebenarnya tidak naik namun cuma kembali ke posisi awal karena di periode sebelumnya mengalami penurunan kinerja pada enam bulan pertama tahun ini," ujarnya, Selasa (2/10).

Begitu pun dengan saham-saham yang tengah turun diprediksi akan sulit naik lantaran membukukan kinerja yang kurang baik di semester I 2018. "Apalagi, kondisi pasar masih fluktuatif karena IHSG juga lagi turun dan harga CPO internasional sudah turun dari RM 2.300 menjadi RM 2.100 ringgit per ton, sehingga kinerja emiten-emiten tersebut akan kurang memuaskan di akhir tahun nanti," kata Teguh.

Teguh bilang, kenaikan harga saham-saham CPO hanya dipengaruhi oleh sentimen kebijakan B20. "Namun jika kelak rilis kinerja keuangan kuartal III keluar, maka investor pasti akan menarik diri lantaran kinerja emiten-emiten tersebut belum membaik dan harga CPO internasional lagi mengalami penurunan," tambahnya.

Ia melanjutkan, kebijakan B20 hanya sesaat efeknya dan implementasinya perlu waktu agar bisa menghasilkan keuntungan bagi emiten-emiten CPO.

Teguh menyatakan bahwa untuk tahun ini sektor CPO belum benar-benar pulih seluruhnya . "Meski secara valuasi sudah lumayan murah, namun kinerja emiten-emiten CPO masih akan turun hingga akhir tahun. Maka, saya anjurkan agar investor wait and see, sembari melihat kinerja tahun depan dan perkembangan harga CPO internasional," imbuh Teguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×