Reporter: Anna Maria Anggita Risang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia akhirnya memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 5,75%.
Head Research Lotus Andalan Sekuritas, Krishna Setiawan menyatakan langkah Bank Indonesia menahan suku bunga acuan tidak ada hubungannya dengan IHSG. Bank Indonesia merasa jika 7-DRR di 5,75% sudah cukup, jadi kalau misalkan The Fed tidak menaikkan suku bunga lagi makan BI pun akan mengikuti.
Menurut Krishna saat ini yang menjadi fokus market bukan di kenaikan suku bunga acuan di Oktober. Saat ini pasar lebih terfokuskan oleh perlambatan ekonomi di China dan profotabilitas korporasi Amerika yang saat ini sedang menanti laporan keuangan emiten.
Wall Street akan melihat bagaimana kinerja emiten apakah masih cukup kuat di tengah perang dagang, apakah masih positif atau tidak, jika masih positif maka indeks domestik akan terdorong.
Antisipasi penantian kinerja emiten saat ini yang akan menjadi fokus pasar. Maka dari itu menurutnya indeks akhir tahun akan bergerak di kisaran 5.550 hingga 6.000.
Mengenai saham-saham yang boleh diincar, Krishna menyarankan kepada para investor untuk melirik emirten-emiten yang masih memiliki kinerja positif di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Krishna menyarankan investor untuk membeli saham-saham dengan harga akhir tahun diantaranya INKP Rp 17.000, TKIM Rp 15.000, PTBA Rp 5.000, PGAS 2.700, JSMR Rp 4.600, WIKA Rp 1.400 per saham.
Menurutnya saat ini investor harus menghindari saham properti, dengan alasan karena sebagian dibiayai oleh KPR, juga saat ini suku bunga sedang tinggi-tinggnya.
Aditya Perdana Putra, analis Semesta Indovest Sekuritas menyatakan jika dilihat dari sisi kebijakan BI yang preventif dan konsolidasi untuk ke depannya cukup agresif.
Menurut Aditya sebenarnya kondisi saat ini sudah diperkirakan oleh pelaku pasar. Selai itu kinerja perbankan saat ini juga masih positif, memang ada perlambatan kredit, untuk bulan ini menurut Aditya kondisi saat ini tidak masalah.
Namun untuk bulan depan kondisi eksternal harus diperhatikan, yang mana sekarang ini sudah terlihat seperti kondisi geopolitik dan untuk Desember kemungkinan Fed Rate akan naik lagi.
Intinya kebijakan BI menahan suku bunga acuan diarahkan untuk mengkondisikan IHSG dan rupiah agar tetap stabil.
Untuk akhir tahun ada momentum window dressing dan untuk jangka pendek sampai dengan November masih disentimeni oleh eksternal dan juga laporan keuangan saat ini bisa positif. Selama rupiah stabil IHSG juga aman.
Untuk jangka pendek proyeksi Aditya IHSG bergerak di rentang 5.72-5.900. Sedangkan untuk akhir tahun 6.050-6100.
Aditya menyarankan investor untuk melirik saham-saham Jawara di LQ45,seperti BBRI dengan target harga akhir tahun Rp 33.000, BMRI Rp 6.900, PGAS Rp 2.700, dan UNTR Rp 34.000 per saham.
Untuk saham yang harus dihindari menurut Aditya harus melihat dari faktornya, jika terjadi pelemahan rupiah maka sektor yang diluar CPO dan pertambangan harus dihindari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News