kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Gudang Garam (GGRM) sudah merosot 34% sejak awal tahun, ini rekomendasi analis


Senin, 18 November 2019 / 16:47 WIB
Saham Gudang Garam (GGRM) sudah merosot 34% sejak awal tahun, ini rekomendasi analis
ILUSTRASI. Rokok Gudang Garam (GGRM).


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga saham melorot lebih dari 34% sepanjang 2019 akibat penetapan tarif kenaikan cukai rokok, rupanya tak melunturkan prospek positif saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) di sisa 2019.

Ini tercermin dari masih banyaknya analis yang optimistis terhadap kinerja saham rokok tersebut dan masih merekomendasikan untuk beli.

Baca Juga: Tarif Cukai Naik, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Gudang Garam (GGRM)

Analis Kresna Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy mengungkapkan bahwa tekanan harga saham yang terjadi pada emiten, anggota indeks Kompas100 ini, murni karena dampak dari kenaikan tarif cukai rokok. 

"Selain itu, dampak dari pengurangan bobot indeks LQ45 dan IDX30 juga berpengaruh," jelas Robertus kepada Kontan, Senin (18/11). 

Sebagaimana diketahui, mulai Januari 2020 nanti tarif cukai hasil tembakau (CHT) yang baru akan diimplementasikan. Di mana, rata-rata kenaikan tarif CHT sebesar 21,55%. Tentunya kondisi tersebut berpotensi menggerus kinerja emiten rokok jika tidak disiasati dengan strategi yang tepat.

Jauh sebelum itu diterapkan, saham GGRM sudah tertekan dampak dari rebalancing indeks LQ45 dan IDX30. Agustus lalu, terjadi rebalancing yang mengubah bobot saham LQ45 menjadi 100% free float. Padahal, di periode sebelumnya bobot free float dalam perhitungan saham LQ45 hanya 60%. 

Baca Juga: Tarif Cukai Naik, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Gudang Garam (GGRM)

Meskipun begitu, Robertus optimistis di jangka panjang prospek GGRM masih positif. Ini karena, kenaikan tarfi cukai kerap terjadi dan dampaknya dinilai hanya sementara. Untuk itu, Robertus masih mempertahankan rekomendasinya untuk beli dengan target harga Rp 70.000 per saham.

"Sampai setahun ke depan, seharusnya prospek masih bagus secara fundamental, karena toh kenaikan cukai sudah terjadi setiap tahun sebelumnya," ungkapnya. 

Adapun beberapa risiko yang masih perlu diperhitungkan ke depan terhadap prospek GGRM, yakni penjualan rokok sigaret kretek mesin (SKM) yang lebih kecil dari perkiraan 19%-20% (yoy) di Desember 2019.

Selain itu, emiten rokok tersebut juga berpeluang mencatatkan laba bersih yang lebih rendah dari perkiraan yakni 9%-10% di Desember 2019.

Baca Juga: Emiten rokok jadi pemberat indeks barang konsumer

Analis Maybank Kim Eng Isnaputra Iskandar masih merekomendasikan buy untuk saham GGRM, dengan target harga di Rp 69.000 per saham. Menurutnya, keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif cukai tidak akan mengurangi profitabilitas GGRM. 

"GGRM bahkan bisa mendapatkan pangsa pasar jika mengadopsi penetapan harga yang tidak terlalu agresif daripada yang dilakukan HMSP," jelas Isnaputra dalam risetnya 1 November 2019. 

Selain itu, Isnaputra menjelaskan bahwa pihaknya memperkirakan penerapan cukai yang lebih tinggi baru akan efektif di 2020. Di sisi lain, itu bisa meningkatkan profitabilitas GGRM lantaran harus menaikan rata-rata harga penjualan atau average selling price (ASP) sebanyak 19,7%. 

Baca Juga: Kemarin Berhasil Rebound, Bagaimana Langkah IHSG Hari Ini?

Kenaikan ASP dinilai cukup ampuh untuk mengamankan kinerja perusahaan rokok tersebut dari kenaikan harga cukai yang mencapai 24,1%. Hal tersebut sekaligus mampu meningkatkan profitabilitas sebanyak 12%, meskipun diprediksi akan ada penurunan volume penjualan sebanyak 15%.

Alhasil, proyeksi untuk pendapatan GGRM di 2020 hanya tumbuh 3,7% menjadi Rp 9,85 triliun. 

Baca Juga: Begini cara HM Sampoerna (HMSP) mencegah penjualan rokok ke anak-anak

Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan dalam sembilan bulan pertama atau per September 2019, GGRM berhasil membukukan kenaikan penjualan dan pendapatan usaha sebanyak 16,93% dari Rp 69,89 triliun menjadi 81,72 triliun.

Sedangkan untuk pertumbuhan laba tercatat naik 25,69% year on year (yoy) menjadi Rp 7,24 triliun, dari capaian di periode yang sama tahun lalu hanya Rp 5,76 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×