Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli
Adapun beberapa risiko yang masih perlu diperhitungkan ke depan terhadap prospek GGRM, yakni penjualan rokok sigaret kretek mesin (SKM) yang lebih kecil dari perkiraan 19%-20% (yoy) di Desember 2019.
Selain itu, emiten rokok tersebut juga berpeluang mencatatkan laba bersih yang lebih rendah dari perkiraan yakni 9%-10% di Desember 2019.
Baca Juga: Emiten rokok jadi pemberat indeks barang konsumer
Analis Maybank Kim Eng Isnaputra Iskandar masih merekomendasikan buy untuk saham GGRM, dengan target harga di Rp 69.000 per saham. Menurutnya, keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif cukai tidak akan mengurangi profitabilitas GGRM.
"GGRM bahkan bisa mendapatkan pangsa pasar jika mengadopsi penetapan harga yang tidak terlalu agresif daripada yang dilakukan HMSP," jelas Isnaputra dalam risetnya 1 November 2019.
Selain itu, Isnaputra menjelaskan bahwa pihaknya memperkirakan penerapan cukai yang lebih tinggi baru akan efektif di 2020. Di sisi lain, itu bisa meningkatkan profitabilitas GGRM lantaran harus menaikan rata-rata harga penjualan atau average selling price (ASP) sebanyak 19,7%.
Baca Juga: Kemarin Berhasil Rebound, Bagaimana Langkah IHSG Hari Ini?