Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
Di sisi lain, ia menyebutkan saat ini perbankan memang sedang fokus mengatur kualitas kredit yang dimiliki. Dengan demikian, perbankan pun jadi lebih selektif dalam menyalurkan kredit dan nasabah pun lebih sensitif dengan kondisi bunga.
“Di situasi seperti ini rasanya sulit diprediksi untuk industri perbankan hingga akhir tahun ini,” tambahnya.
Pengamat Ekonomi Perbankan Binus University, Doddy Arifianto pun menambahkan bahwa saat ini kinerja perbankan akan mendapat dampak dari dicabutnya kebijakan restrukturisasi Covid-19. Menurutnya, hal tersebut menjadi wajar jika NPL perbankan terlihat mulai naik.
Baca Juga: Kinerja Lesu, Saham Emiten Perbankan dalam Tren Penurunan
Namun, ia melihat hal tersebut tak akan banyak berpengaruh pada kinerja perbankan setidaknya hingga akhir tahun. Menurutnya, kenaikan NPL akan mencapai puncaknya paling lambat enam bulan setelah kebijakan itu dicabut pada 31 Maret 2024 yang lalu.
“Dari sisi permodalan atau CAR sebenarnya juga masih besar di 25,99%, bank bisa absorb modal jika memang NPL nya naik,” ujar Doddy.
Sementara itu, Vice President PT Infovesta Utama Wawan Hendrayana bilang prospek perbankan masih akan tetap baik walau dihantam kondisi penurunan suku bunga acuan yang tak kunjung terjadi. Hal tersebut dikarenakan proyeksi pertumbuhan ekonomi masih diproyeksikan di kisaran 5%.
Tak hanya itu, Wawan berpendapat industri perbankan akan diuntungkan dengan adanya transisi pemerintah dan pemilihan kepala daerah pada semester II mendatang. Di mana, aktivitas tersebut diharapkan memicu perputaran uang.
“Walaupun mungkin NIM tidak setinggi tahun lalu namun pertumbuhan kredit masih diproyeksinya dobel digit,” ujar Wawan.
Baca Juga: Investor Asing Banyak di Industri Perbankan Tanah Air, Siapa Paling Cuan?
Lebih lanjut, Wawan sendiri melihat saat ini emiten bank yang layak dicermati adalah BBCA dan BMRI. Bukan tanpa alasan, dua bank tersebut tercatat masih mengalami pertumbuhan kredit yang tinggi dalam kinerja keuangan terakhir di kuartal I-2024.
“Di akhir tahun nanti target BBCA ke Rp 10 200 dan BMRI ke 7.000,” tambah.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus membenarkan bahwa kinerja perbankan saat ini sedang menghadapi tekanan. Menurutnya, saat ini investor lebih memilih menunggu laporan kinerja emiten-emiten bank ini di kuartal II-2024.