kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saham emiten batubara masih tertekan


Jumat, 12 Mei 2017 / 10:00 WIB
Saham emiten batubara masih tertekan


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Koreksi harga batubara di pasar global turut menghantam kinerja saham emiten tambang batubara di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pelaku pasar melakukan aksi jual secara masif.

Indeks saham pertambangan di BEI, pada Rabu (10/5), bertengger di posisi 1.347,03. Cuma dalam dua hari, indeks tambang merosot 5,46%. Kinerja jeblok saham pertambangan turut menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang terkoreksi hampir 1% selama dua hari.

Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), misalnya, pada Rabu lalu terpangkas 3,55% menjadi Rp 1.495 per saham. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), harga ADRO sudah terjerembab 12%.

Saham produsen batubara pelat merah, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), juga bernasib sama. Pada Rabu lalu, saham PTBA anjlok 4,62% menjadi Rp 10.850 per saham. Sepanjang tahun ini, PTBA sudah merosot 13%. Namun dalam setahun terakhir atau year-on-year (yoy), saham ADRO dan PTBA masih menanjak (lihat tabel).

Koreksi harga ADRO dan PTBA begitu terasa pada IHSG. Maklumlah, bobot kedua saham ini menduduki dua besar terhadap indeks pertambangan, masing-masing sebesar 17% dan 9%.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, ada sejumlah faktor yang turut menekan harga batubara. Salah satunya datang dari Tiongkok. Pertumbuhan industri manufaktur di negeri itu melambat, juga pertumbuhan ekspor-impor Tiongkok. "Perekonomian Tiongkok sedang melambat," ujar dia kepada KONTAN, Kamis (11/5).

Lantaran pertumbuhan ekspor impor cenderung melambat, muncul spekulasi bahwa China, sebagai negara konsumen batubara terbesar, tengah melemah. Hal itu lantas mempengaruhi harga batubara di pasar internasional. "Jadi melemahnya ekonomi Tiongkok menyebabkan harga batubara tertekan. Di sisi lain, harga minyak juga tidak terlalu mengkilat," ujar Hans.

Dalam sepekan terakhir, harga batubara Newcastle untuk kontrak pengiriman Juni 2017 di bursa ICE, per Rabu lalu, melemah 3,72% menjadi US$ 73,85 per ton. Hans memprediksi kondisi ini cuma berlangsung dalam jangka pendek. Hanya saja, batubara masih sulit menembus level US$ 80 per metrik ton.

Kondisi akan berubah apabila situasi geopolitik, seperti di Semenanjung Korea, memanas. Hal tersebut bisa menyulut harga komoditas, termasuk batubara. Korea Utara juga masih ngotot melanjutkan program nuklir. Ini bisa memperkeruh situasi.



TERBARU

[X]
×