kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Katalis negatif bebani harga batubara


Senin, 08 Mei 2017 / 18:27 WIB
Katalis negatif bebani harga batubara


Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Beban besar masih terus membayangi pergerakan harga batubara. Salah satunya datang dari upaya pemerintah AS untuk menutup pembangkit listrik batubaranya di 16 negara bagian dan berpotensi menggerus permintaan batubara Negeri Paman Sam dalam jumlah signifikan.

Mengutip Bloomberg, Jumat (5/5) harga batubara kontrak pengiriman Juli 2017 di ICE Futures Exchange melorot 0,46% ke level US$ 75,10 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Hal ini sudah berjalan dalam sepekan terakhir dengan catatan penurunan harga sebesar 4,33%.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures mengungkapkan, tekanan pada harga batubara membesar setelah Pemerintah AS menargetkan untuk menutup 46 unit pembangkit listrik batubara dari 25 sumber energi AS di 16 negara bagian hingga tahun 2018 mendatang. Jika hal ini benar dilaksanakan, maka akan terjadi penurunan permintaan hingga 30 juta ton dalam setahun mendatang.

“Ketika masa depan diprediksi permintaan akan mengering, tentu buruk bagi pergerakan harga saat ini,” ungkap Deddy. Tidak berhenti di situ, tekanan juga datang dari buruknya catatan laju harga minyak mentah dunia saat ini. Pasca menyentuh level US$ 44 per barel, harga minyak mentah diprediksi masih sulit kembali ke atas US$ 50 per barel.

Dengan performa harga minyak yang buruk, tentu pelaku pasar lebih memilih menggunakan minyak daripada batubara. Apalagi dari sisi dampak terhadap lingkungan, minyak jelas lebih ramah. “Belum lagi produksi gas alam di AS yang tinggi, maka kini banyak alternatif sumber energi untuk pembangkit listrik sehingga batubara kian terpojok,” tutur Deddy.

Hal ini lantas membawanya pada dugaan, untuk jangka pendek harga batubara masih dibalut katalis negatif sehingga sulit terangkat naik. Ditambah lagi penurunan permintaan tidak hanya terjadi di AS tapi juga di India. Tingginya produksi di India membuat impor batubaranya ikut menukik. Penjabaran ini disampaikan dalam laporan S&P Global Platts hanya saja sayangnya tidak dirinci sebesar apa penurunan impor di India.

“Namun jika berkaca dari penurunan harga yang sudah tajam, ada peluang harga batubara terkerek rebound sesaat,” tebak Deddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×