Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) akhirnya beranjak dari zona gocap (Rp 50). Pada penutupan perdagangan hari ini, saham entitas usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tersebut ditutup di level Rp 55, turun 6,78% atau mentok auto rejection bawah.
Jika dicermati, pergerakan saham BRMS hari ini fluktuatif. BRMS sempat menyentuh level Rp 61 yang merupakan level tertingginya tahun ini, sebelum pada akhirnya kembali melemah ke level Rp 55. Sebagai gambaran, Selasa (1/9) saham BRMS ditutup di level 59 per saham.
Rumor dan isu pun bertebaran terkait kenaikan harga saham yang dialami oleh BRMS. Salah satu selentingan yang muncul adalah rencana akuisisi tambang emas milik BRMS oleh salah satu entitas Grup Astra.
Baca Juga: Belum akan akuisisi tambang baru, UNTR fokus menggarap tambang emas Martabe
Lantas, apa kata manajemen mengenai kenaikan saham BRMS?
Direktur dan Investor Relations Bumi Resources Minerals Herwin W. Hidayat menilai, kenaikan harga saham BRMS merupakan murni faktor apresiasi pasar. Faktor harga jual emas yang cukup kuat, yang saat ini masih di atas kisaran US$ 1.900 per oz, turut berkontribusi terhadap penguatan saham-saham perusahaan tambang emas, termasuk BRMS.
Selanjutnya, usaha BRMS untuk terus meningkatkan volume produksi dalam masa trial production di Januari-Juni 2020 ini juga diharapkan berdampak positif terhadap kinerja dan harga saham perusahaan ini. Herwin pun menampik adanya isu akuisisi tersebut. “Kami belum dengar mengenai rencana akuisisi oleh grup Astra,” ujar Herwin saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Rabu (2/9).
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) tetap targetkan produksi batubara 90 juta ton tahun ini
Pada kuartal pertama 2020, pendapatan BRMS memang turun. Namun, BRMS berhasil mendongkrak sisi bottom line. BRMS membukukan pendapatan sebesar US$ 991.860, turun 21,42% (yoy). Di sisi lain, laba bersih BRMS tumbuh 90,49% (yoy) menjadi US$ 165.057 di kuartal pertama 2020 dari sebelumnya hanya US$ 86.650 di kuartal pertama 2019.
Sekitar US$ 892.000 pendapatan BRMS di kuartal pertama berasal dari jasa penasihat pertambangan. Sisanya, yang sebesar US$ 99.860, merupakan pendapatan dari penjualan emas ke PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Penjualan emas tersebut dilakukan oleh anak usaha BRMS, yaitu PT Citra Palu Minerals yang memproses bijih emasnya menjadi dore bullion. Dore bullion ini kemudian dikirim ke fasilitas smelter Logam Mulia milik ANTM.
Baca Juga: Emiten ramai lakukan private placement, bagaimana prospeknya?
BRMS mulai memproduksi dore bullion sebanyak 679 gram dan emas olahan sekitar 557 gram pada 18 Februari 2020. Kemudian pada 3 Maret 2020, BRMS memproduksi 4,3 kg dore bullion dan emas olahan sebanyak 1,3 kilogram. Selanjutnya, tanggal 17 Maret 2020 BRMS memproduksi 5,3 kg dore bullion dan 1,6 kg emas olahan. Sehingga, fasilitas produksi emas di Poboya yang dimiliki oleh BRMS telah memproduksi lebih dari 10 kg dore bullion di kuartal pertama 2020.
Herwin melanjutkan, kinerja produksi dan keuangan yang positif ini juga dapat terlihat di laporan keuangan semester pertama BRMS yang saat ini sedang difinalisasikan. “Diharapkan laporan keuangan semester pertama dapat diterbitkan minggu depan,” pungkas Herwin.
Sebelumnya, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso memperkirakan BRMS menjadi salah satu saham penghuni zona gocap yang kinerjanya akan membaik dalam waktu dekat. Sebab, entitas anak BUMI tersebut saat ini sedang mendiversifikasikan usahanya ke bisnis tambang emas, yakni tambang emas di Poboya, Palu, Sulawesi Tengah.
Baca Juga: Harga pelaksanaan private placement BRMS naik jadi Rp 84 per saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News