kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,09   -0,34   -0.04%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saat tepat mulai masuk reksadana


Kamis, 08 Oktober 2015 / 10:00 WIB
Saat tepat mulai masuk reksadana


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pasar saham dan  surat utang berpotensi membaik di akhir tahun ini. Oleh karena itu, pelaku manajer investasi menilai sekarang merupakan saat yang tepat bagi investor untuk memarkirkan dananya di reksadana secara bertahap. 

Paula Rianty Komarudin, Direktur PT Ciptadana Asset Management, menjelaskan, kondisi domestik saat ini lebih baik ketimbang pekan-pekan sebelumnya. Penurunan bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dari semula 7,75% menjadi 7,5% memberikan peluang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan alias BI rate.

Sedangkan dari eksternal, mengecilnya peluang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed di sisa tahun 2015 berdampak pada penguatan mata uang garuda. Namun, secara year to date (ytd), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah masih terkoreksi.

Paula menilai, saat ini merupakan saat yang tepat bagi investor masuk ke reksadana saham dan reksadana campuran. “Investor bisa membeli unit reksadana dengan harga lebih murah,” tuturnya.

Untuk memaksimalkan kinerja investasinya, Paula menyarankan investor membeli reksadana secara bertahap, mengingat kondisi pasar belum stabil. Maklum, saat ini masih ada ketidakpastian soal kenaikan suku bunga The Fed. Pelaku pasar juga menunggu laporan kinerja emiten di kuartal tiga lalu.

Masuk bertahap

Meskipun kinerja tahun ini masih minus, Paula berpendapat reksadana saham merupakan instrumen investasi yang bermasa depan cerah. Namun investor harus menyesuaikan jenis reksadana yang dibeli dengan profil risiko dan horizon investasinya.

Senior Fund Manager PT BNI Asset Management Hanif Mantiq merekomendasikan, investor memarkirkan dana 50% di instrumen reksadana. Ke depan, setelah The Fed mengerek suku bunga, barulah investor memasukkan sisa dananya lagi.

Namun bagi investor yang lebih agresif dengan horizon investasi jangka panjang sekarang sudah bisa menaruh 100% dananya di reksadana. Sebab, ada ekspektasi perekonomian dalam negeri bakal membaik. Inflasi Indonesia pada bulan September 2015 tercatat 0,05%. Jadi besar peluang target inflasi sepanjang tahun 2015 sebesar 3%–5% bakal terwujud.

Para MI menilai reksadana saham sudah boleh dilirik. Saat pasar menghijau, kinerja reksadana saham umumnya bakal melaju lebih dahulu. “Investor juga bisa membeli reksadana pendapatan tetap 50% karena volatilitasnya lebih rendah, sisanya 50% di reksadana saham,” katanya.

Saran Investment Director PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana, investor menaruh 30% dana di reksadana saham dan 40% reksadana pendapatan tetap. Sisanya ditempatkan sekitar 20% deposito dan 10% emas.

Serupa, Presiden Direktur CIMB Principal Asset Management Fajar R. Hidajat juga merekomendasikan, investor masuk secara bertahap ke reksadana. Saat ini, investor bisa menyisihkan 60% dananya ke produk reksadana.

Setelah November 2015, investor bisa masuk lagi tiap bulan. "Sebab, pelaku pasar sedang menunggu rilis data produk domestik bruto Indonesia kuartal III yang rilis bulan depan," papar Fajar.                  n 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×