kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Saatnya beli reksadana secara bertahap


Rabu, 07 Oktober 2015 / 22:17 WIB
Saatnya beli reksadana secara bertahap


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Ketimbang posisi akhir tahun lalu, pasar saham maupun surat utang sebenarnya masih koreksi. Oleh karena itu, pelaku manajer investasi menilai sekarang merupakan saat yang tepat bagi para investor untuk memarkirkan dananya di reksadana.

Paula Rianty Komarudin, Direktur PT Ciptadana Asset Management menjelaskan, kondisi domestik saat ini lebih baik ketimbang pekan-pekan sebelumnya. Penurunan bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dari semula 7,75% menjadi 7,5% memberikan peluang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan alias BI rate.

Di sisi lain, mengecilnya peluang kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed di sisa tahun 2015 juga berdampak pada penguatan mata uang Garuda. Namun, secara year to date, baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rupiah masih koreksi.

Oleh karena itu, Paula menimbang kondisi pasar saham yang mengalami penurunan merupakan saat yang tepat bagi investor untuk masuk ke reksadana saham dan reksadana campuran. “Investor bisa membeli unit reksadana dengan harga lebih murah. Saham-saham blue chip di Indonesia banyak yang dalam posisi murah dan layak beli,” tuturnya.

Namun, untuk memaksimalkan hasil kinerja investasinya, Paula menyarankan para investor untuk membeli reksadana secara bertahap karena kondisi pasar belum stabil. Spekulasi kenaikan suku bunga acuan The Fed belum menghilang. Para pelaku pasar juga masih menunggu rilis kinerja emiten per kuartal III 2015.

Kendati demikian, Paula mengingatkan investor untuk menyesuaikan jenis reksadana yang dibeli dengan profil risiko dan horizon investasi masing-masing. Investor bisa mengoleksi reksadana pasar uang yang minim risiko jika tujuan investasinya jangka pendek. “Kalau masih usia produktif, perbanyaklah porsi reksadana saham dengan tujuan investasi jangka panjang, minimal tiga tahun,” jelasnya.

Memang ia menerawang return reksadana saham sepanjang tahun 2015 nanti masih akan minus. Namun, Paula berpendapat reksadana saham masih layak dipertimbangkan sebagai salah satu instrumen investasi yang bermasa depan cerah.

Senior Fund Manager PT BNI Asset Management (BNI-AM) Hanif Mantiq menuturkan, sebaiknya investor memarkirkan dana sekitar 50% di instrumen reksadana saat ini. Setelah The Fed mengerek suku bunga acuannya, barulah investor memasukkan sisa dananya lagi.

Bagi investor yang lebih agresif dan berhorizon investasi jangka panjang, lanjut Hanif, silahkan menaruh 100% dananya di reksadana sekarang.
Sebab, ekspektasi kondisi dalam negeri memang bakal membaik. Inflasi Tanah Air per September 2015 tercatat 0,05%. Besar peluang target inflasi sepanjang tahun 2015 yang diprediksi 4% (±1%) bakal terwujud.

Reksadana saham boleh dilirik. Memang volatilitas jenis produk tersebut lebih tinggi, namun diimbangi dengan return yang menarik. Namun saat pasar menghijau, kinerja reksadana saham umumnya bakal melaju terlebih dahulu. Saran Hanif, investor bisa mencuri kesempatan dengan membeli reksadana saham yang sedang murah.

“Investor juga boleh membeli reksadana pendapatan tetap 50% karena volatilitasnya lebih rendah, sisanya 50% di reksadana saham,” katanya.

Serupa, Fajar R Hidajat, Presiden Direktur CIMB Principal Asset Management menyarankan investor untuk masuk secara bertahap ke instrumen reksadana. Saat ini, investor bisa menyisihkan 60% dananya ke produk reksadana. "Setelah November 2015 baru masuk lagi tiap bulan. Sebab, pelaku pasar sedang menunggu rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia per kuartal III yang rilis bulan depan," paparnya.

Fajar menyarankan para investor untuk menyesuaikan profil risiko dan tujuan investasinya dengan jenis reksadana.

Investment Director PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana mengatakan, kondisi global sebenarnya masih volatil. Memang pasar belum menyentuh bottom. Namun, potensi koreksi mulai berkurang. Oleh karena itu, ia memandang situasi saat ini sudah cukup aman bagi investor untuk masuk ke reksadana.

“Saya rekomendasikan 30% dana di reksadana saham, 40% reksadana pendapatan tetap. Sisanya, investor bisa menempatkan 20% dana di deposito dan 10% di instrumen emas,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×