Reporter: Danielisa Putriadita, Michelle Clysia Sabandar | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama sepekan terakhir, nilai tukar rupiah berada dalam tekanan. Kemarin, kurs spot rupiah ditutup di Rp 14.330 per dollar AS. Artinya, selama sepekan kurs spot melemah 1,73%. Namun posisi penutupan kemarin lebih tinggi 0,44% dari penutupan hari sebelumnya, yakni Rp 14.394 per dollar AS.
Sementara kurs referensi rupiah versi Bank Indonesia (BI) kemarin ditutup di Rp 14.404 per dollar AS, melemah sekitar 0,93% dibanding hari sebelumnya. Selama sepekan, kurs rupiah referensi BI merosot 2,14%.
Kurs rupiah tertekan banyak sentimen negatif eksternal. Pertama, perang dagang antara AS dengan beberapa negara, utamanya dengan China. Kedua, harga minyak kembali naik. Ketiga, rencana The Fed menaikkan suku bunga secara agresif. "Pelemahan rupiah minggu ini sebagai salah satu respons dari kenaikan suku bunga acuan The Fed," ujar Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, Jumat (29/6).
Namun, kebijakan BI menaikkan suku bunga menjadi 5,25% cukup membatu rupiah. Analis menilai, hal inilah yang membuat kurs spot rupiah naik di akhir pekan. "BI yang kini juga agresif menaikkan suku bunga seperti The Fed jadi katalis positif bagi rupiah," jelas Andri hardianto, analis Asia Tradepoint Futures.
Cuma, para analis memperkirakan nilai tukar rupiah masih sulit menguat hingga kembali menembus ke bawah Rp 14.000 per dollar AS. Pasalnya, pelaku pasar global masih lebih memilih menempatkan duit di aset safe haven, yakni dollar AS atau yen Jepang. Karena itu, dollar AS masih terus menguat.
Buat info saja, sejak awal tahun hingga kemarin yen tercatat menguat 1,83% terhadap dollar AS. Sedang rupiah melemah 5,32% terhadap dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News