Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Mata uang rupiah mencatatkan pelemahan terbesar dalam sepekan terakhir pada Senin (7/10). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 14.05 WIB nilai tukar rupiah di pasar spot keok 0,59% ke level Rp 14.256 per dollar AS.
Bahkan pada transaksi sebelumnya, mata uang garuda berada di level 14.248 per dollar AS. Ini merupakan level terlemah sejak Agustus 1998. Sepanjang tahun ini, pelemahan rupiah mencapai 13% dan merupakan mata uang Asia dengan performa terburuk setelah ringgit Malaysia.
Pelemahan rupiah terjadi sebelum dirilisnya data cadangan devisa oleh pemerintah. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada 25 Agustus lalu, BI melakukan intervensi dalam jumlah yang sangat besar di pasar mata uang dan obligasi.
Kondisi itu menyebabkan cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan. Pada periode lima bulan yang berakhir Juli, cadangan devisa Indonesia turun sebesar US$ 8 miliar menjadi US$ 107,6 miliar.
Standard & Poor's menyatakan prihatin atas posisi cadangan devisa Indonesia. Apalagi, Kyran Curry, director of sovereign ratings S&P di Singapura menilai, posisi Indonesia lebih rentan ketimbang Malaysia saat dana asing hengkang dari pasar finansial Indonesia.
"Risiko terbesar bagi rupiah saat ini adalah akun modal. Namun kami menilai cadangan devisa jangan turun terlalu dalam, sebab perbankan meningkatkan penempatan uang asing mereka ke bank sentral dengan alasan fleksibilitas yang diberikan Bank Indonesia," jelas Leo Rinaldy, ekonom PT Mandiri Sekuritas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News