Reporter: Umi Kulsum, Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pergerakan nilai tukar rupiah terbilang cukup stabil dalam sebulan terakhir. Sepanjang Februari, kurs rupiah tercatat mampu menguat 0,23% dan membuat investor asing tertarik masuk ke pasar dalam negeri.
Padahal, tekanan dari eksternal cukup besar. Optimisme pasar atas kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump dan rencana kenaikan suku bunga The Fed di Maret membuat indeks dollar AS melesat 1,44% selama Februari.
Bahkan, beberapa pejabat The Fed telah memberi sinyal hawkish mengenai perlunya kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Apalagi, pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam tersebut juga mendukung. Ekonomi AS di 2016 tumbuh sekitar 2%.
Gundy Cahyadi, Ekonom DBS Group Research, memprediksi, kenaikan suku bunga The Fed bisa terjadi empat kali, masing-masing 25 basis poin, sepanjang tahun ini. Pemulihan ekonomi AS yang terus berlanjut mendukung kenaikan tersebut.
Tahun ini, pertumbuhan ekonomi AS bisa mencapai 2,7%. Penjualan ritel AS juga berada dalam level tercepat dalam lima tahun. "Perekonomian AS saat ini telah kembali di level full-employment. Selain itu, inflasi juga telah mencapai target The Fed, yakni 2% sejak Desember 2016," ujar Gundy, Selasa (28/2).
Dampak kenaikan suku bunga The Fed tentu membuat dollar AS semakin perkasa dan akhirnya melemahkan rupiah. Tetapi, mata uang Garuda juga memiliki amunisi dari dalam negeri untuk menghadapi tekanan dollar AS.
Gundy memperkirakan, perekonomian Indonesia terus ditopang permintaan domestik. Pertumbuhan konsumsi stabil di kisaran 5% dan jadi penyokong utama perekonomian Indonesia.
Sektor ekspor dan impor juga jadi katalis positif yang dapat mengerek pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Stabilnya inflasi turut menjaga perekonomian. Tahun ini inflasi bakal lebih tinggi, yakni di kisaran 4,5%. Ini imbas kenaikan tarif listrik dan bahan bakar minyak. "Ini langkah positif pemerintah untuk membaiki kondisi fiskal," cetus Gundy.
Semakin cerahnya perekonomi Indonesia turut berdampak pada masuknya investor asing ke pasar dalam negeri. Terlihat dari kepemilikan investor asing di surat utang negara (SUN) meningkat 3,6% menjadi Rp 689,81 triliun per 27 Februari (yoy).
Kenaikan angka investasi seharusnya mendukung laju rupiah. Tapi juga diperlukan peran Bank Indonesia (BI) untuk menjaga rupiah tetap stabil. Gundy pun meramal rupiah berada di kisaran Rp 13.800 per dollar AS pada akhir tahun ini.