Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan di level 5,75%. Namun, hal itu tak mampu menahan laju pelemahan rupiah.
Rupiah spot ditutup melemah 0,63% ke Rp 16.531 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (19/3). Rupiah Jisdor juga turun 0,58% menjadi Rp 16.528 per dolar AS.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin berpandangan meskipun suku bunga acuan ditahan, tekanan eksternal dan domestik saat ini menyebabkan rupiah melemah.
Lalu, jika investor asing terus menarik dana dari pasar saham Indonesia, rupiah bisa tetap tertekan meskipun BI menahan suku bunga.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.531 Per Dolar AS Hari Ini (19/3), Terburuk di Asia
Defisit anggaran dapat memberikan tekanan tambahan terhadap rupiah, terutama jika pembiayaannya menambah permintaan terhadap dolar atau membuat investor khawatir terhadap stabilitas fiskal.
Namun, efeknya akan sangat tergantung pada bagaimana pemerintah mengelola pembiayaan dan bagaimana sentimen global terhadap aset Indonesia.
Untuk menstabilkan pasar, Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) telah mengizinkan perusahaan yang terdaftar untuk membeli kembali saham mereka tanpa persetujuan pemegang saham, sementara BI melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan rupiah.
"Langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan pasar dan menekan volatilitas nilai tukar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (19/3).
Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan juga menunjukkan fokus pada stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global.
Namun, pelemahan rupiah yang terus berlanjut dapat memicu BI untuk mempertimbangkan langkah-langkah tambahan guna menjaga stabilitas mata uang.
Ke depan, stabilitas nilai tukar akan sangat bergantung pada kebijakan fiskal pemerintah, respons pasar terhadap langkah-langkah stabilisasi, dan perkembangan ekonomi global. Menurutnya, suku bunga yang stabil seharusnya bisa menjaga daya tarik aset rupiah.
Baca Juga: Rupiah Masih Tertekan, Di Sesi Pertama Rabu (19/3) Merosot ke Level Rp 16.529,40
Pada kuartal II 2025, nilai tukar rupiah diperkirakan akan menghadapi tekanan yang signifikan. Beberapa proyeksi menunjukkan bahwa rupiah dapat melemah hingga mencapai Rp 17.000 per dolar AS selama periode tersebut.
Dus, untuk menjaga stabilitas atau mendorong penguatan rupiah, diperlukan koordinasi kebijakan yang efektif antara pemerintah dan BI, serta upaya untuk meningkatkan kepercayaan investor melalui kebijakan yang transparan dan prediktabel.
"Rupiah di kuartal II diperkirakan akan berada dalam kisaran Rp 16.200 - Rp 16.600 per dolar AS," sebutnya.
Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.515 Per Dolar AS Hari Ini (19/3), Paling Lemah di Asia
Sementara hingga akhir tahun, proyeksi nilai tukar rupiah juga masih menunjukkan potensi pelemahan. Nanang memprediksi rupiah akan berkisar di rentang Rp 16.000 - Rp 16.800 per dolar AS.
Ia menyebutkan, sentimen yang mempengaruhi rupiah di tahun ini seperti kebijakan moneter global. Misalnya, kebijakan suku bunga The Fed, yang apabila Fed menerapkan kembali suku bunga tinggi, maka menguntungkan dolar karena lebih menarik.
"Ketidakpastian kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi dalam negeri dapat menyebabkan investor asing menarik modalnya, berarti akan melemahkan rupiah selanjutnya," tutupnya.
Selanjutnya: ACES Belum Pastikan Rencana Buyback Saham Meski OJK Izinkan Tanpa RUPS
Menarik Dibaca: Lirik Lagu Too Bad G-Dragon feat Anderson .Paak dan Terjemahannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News