kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.741.000   2.000   0,12%
  • USD/IDR 16.382   5,00   0,03%
  • IDX 6.490   -25,30   -0,39%
  • KOMPAS100 932   5,22   0,56%
  • LQ45 729   2,02   0,28%
  • ISSI 203   -0,74   -0,36%
  • IDX30 379   0,32   0,08%
  • IDXHIDIV20 453   -0,96   -0,21%
  • IDX80 106   0,59   0,56%
  • IDXV30 109   0,82   0,76%
  • IDXQ30 124   0,07   0,06%

Ada Keputusan Suku Bunga BI dan The Fed, Cermati Peluang IHSG pada Pekan Depan


Minggu, 16 Maret 2025 / 14:22 WIB
Ada Keputusan Suku Bunga BI dan The Fed, Cermati Peluang IHSG pada Pekan Depan
ILUSTRASI. Pekerja memotret layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada pekan ketiga Maret 2025, perhatian pelaku pasar akan tertuju pada pengumuman suku bunga, baik dari Bank Indonesia yang dijadwalkan 19 Maret 2025, serta Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserves/The Fed) pada 20 Maret mendatang.

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, menilai bahwa pekan ini menjadi momen yang krusial bagi pelaku pasar, seiring dengan keputusan suku bunga yang akan diumumkan oleh kedua bank sentral tersebut.

Keputusan ini akan menjadi faktor penentu arah pergerakan pasar setelah IHSG mengalami koreksi sebesar 1,8% dalam sepekan terakhir ke level 6.515,63.

"Saya melihat hal ini merupakan keputusan yang akan sangat sulit dan memiliki risiko yang tinggi bagi BI maupun juga The Fed," kata Rully kepada Kontan, Minggu (16/3).

Baca Juga: Cek Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Senin (17/3)

Rully menerangkan, jika BI memangkas suku bunga, dampak yang paling dikhawatirkan adalah pelemahan lebih lanjut pada rupiah. Selain itu, langkah ini jarang diambil mengingat potensi kenaikan inflasi yang didorong oleh lonjakan harga pangan.

Sementara itu, apabila BI memilih untuk mempertahankan suku bunga, maka risiko yang dihadapi dalam jangka panjang bisa lebih besar. Sebab, optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih rendah, dengan proyeksi hanya berkisar 5,0%-5,1%, yang dianggap stagnan bila dibandingkan dengan target ambisius pemerintah yang menginginkan pertumbuhan ekonomi hingga 8%.

Selain itu, ketegangan geopolitik dan kebijakan proteksionisme dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi global. Minimnya sentimen positif turut menyeret kinerja IHSG, menjadikannya salah satu indeks dengan performa terlemah dibandingkan bursa saham global lainnya.

Baca Juga: IHSG Merosot 1,81% dalam Sepekan, Cermati Saham-Saham yang Banyak Dilego Asing

Meski demikian, Rully menilai apabila BI berani untuk menurunkan suku bunga, maka dapat menumbuhkan harapan akan kinerja pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih baik tahun ini dibandingkan tahun lalu yang sebesar 5,03%. 

"Kami merasa bahwa hal ini akan turut berdampak positif kepada pasar saham, dalam jangka pendek dan jangka menengah," jelas Rully.

Rully juga memproyeksikan level IHSG pada pekan ketiga Maret 2025 akan berada di kisaran 6.350-6.720.

"Saat ini masih sangat sulit untuk mengetahui apakah sudah bottom atau belum, tapi saya merasa bahwa kita sudah mencapai bottom pada saat IHSG berada pada level 6.270,6 di akhir Februari lalu," tutupnya.

Selanjutnya: Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi Dibuka Fungsional Saat Lebaran 2025

Menarik Dibaca: Kenapa Gula Darah Tetap Tinggi Meskipun Sudah Makan Sehat?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×