Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah terkoreksi tajam di pekan ketiga Januari 2025. Mata uang Garuda mencatatkan pelemahan lima hari berturut-turut sejak awal pekan.
Mengutip Bloomberg, Jumat (17/1), Rupiah spot ditutup di level Rp 16.380 per dolar AS, melemah sekitar 1,17% secara mingguan daripada posisi akhir pekan lalu di Rp 16.190 per dolar AS. Secara harian, rupiah melemah tipis 0,02% daripada posisi kemarin Rp 16.376 per dolar AS.
Sedangkan, rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup pada level Rp 16.373 per dolar AS. Rupiah Jisdor terkoreksi 1,10% secara mingguan, namun naik tipis 0,03% secara harian.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,03% ke Rp 16.373 per Dolar AS pada Jumat (17/1)
Ekonom Bank Danamon, Hosianna Evalita Situmorang, mencermati bahwa pelemahan rupiah pekan ini masih dipengaruhi faktor eksternal, khususnya data ekonomi AS yang tetap solid. Di samping itu, kurva imbal hasil obligasi AS sudah kembali steepening memberikan sinyal potensi pemotongan suku bunga lebih terbatas.
Alhasil, indeks dolar (DXY) menguat yang menekan maka mata uang lainnya terhadap dolar AS. The Greenback juga didukung adanya kecenderungan pelaku pasar mengejar USD seiring Trump 2.0.
‘’Pelemahan nilai tukar rupiah masih dikarenakan faktor eksternal,’’ sebut Hosianna kepada Kontan.co.id, Jumat (17/1).
Sementara itu, Hosianna menilai, penurunan suku bunga menjadi katalis positif untuk nilai tukar rupiah. Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75% di pertemuan 14-15 Januari 2025.
Pemangkasan suku bunga acuan telah mendorong investor asing kembali masuk ke bursa saham karena berharap kinerja ekonomi dan emiten Indonesia akan membaik. Aksi net buy tersebut membatasi pelemahan rupiah di tengah tekanan ekstenal.
Baca Juga: Rupiah Melemah, Ini Dampaknya ke Bukit Asam (PTBA)
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengamati, sepekan ini rupiah melemah disebabkan kekhawatiran investor menjelang rilis data ekonomi AS. Namun, walau data AS di bawah perkiraan seperti data inflasi, klaim pengangguran dan penjualan ritel, rupiah tidak mampu naik karena keputusan mengejutkan BI pangkas suku bunga.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan, indeks harga produsen (PPI) hanya naik 0,2% pada Desember di bawah kenaikan 0,4% pada November dan di bawah perkiraan ekonom sebesar 0,3%. Dalam periode 12 bulan, inflasi inti produsen AS Desember berada di angka 3,5%, tidak berubah dari nilai yang direvisi bulan sebelumnya 3,5%, dan berada di bawah ekspektasi pasar di 3,8%.
Sementara itu, laporan indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) Desember 2024 menunjukkan pertumbuhan inflasi umum sesuai ekspektasi, tetapi inflasi inti secara tak terduga melambat dari 0.3% menjadi 0.2% secara bulanan. Laju inflasi tahunan juga terkoreksi dari 3.3% menjadi 3.2%.
‘’Dolar AS sendiri terpantau hanya sedikit lebih lemah walau data ekonomi mengecewakan. Investor juga cenderung wait and see mengantisipasi kebijakan Trump yang akan dilantik dalam waktu dekat,’’ jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (17/1).
Menurut Lukman, rupiah kemungkinan masih akan tertekan di pekan depan sejalan dengan absennya data-data ekonomi, baik dari luar maupun dalam negeri. Akan tetapi, seberapa besar pelemahan rupiah akan tergantung upaya intervensi Bank Indonesia.
Investor pekan depan juga akan mengantisipasi kebijakan Trump yang sudah mulai menjabat sebagai presiden AS pada 20 Januari 2025. Sentimen Trump memang masih kuat yang membawa indeks dolar tetap bertahan tinggi di tengah data ekonomi domestik yang lesu.
Lukman memproyeksi, rupiah akan diperdagangkan dalam kisaran Rp 16.250 – Rp 16.600 per dolar AS. Senada, Hosianna melihat antisipasi inagurasi Trump akan memengaruhi rupiah diperdagangkan pada kisaran Rp 16.290 – Rp 16.370 per dolar AS.
Selanjutnya: Perang Dagang Trump 2.0 Bayangi Dunia Usaha di 2025
Menarik Dibaca: Bitcoin Balik ke US$ 100.000, Robert Kiyosaki Proyeksi Harga di Posisi Ini pada 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News