Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Sebaliknya, rupiah bisa lebih rendah lagi apabila perang geopolitik berkepanjangan, tidak adanya pemangkasan bunga The Fed, ditambah lagi India yang tengah berada di musim kampanye sehingga ekonomi bakal cenderung stagnan. Hal terburuk yang diperkirakan, rupiah bisa terperosok ke level Rp 16.200 – Rp 16.700 per dolar AS di semester I-2024 dan kemungkinan di area Rp 16.400 – Rp 17.000 di akhir tahun 2024.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menambahkan bahwa prospek rupiah sangat berat hingga akhir tahun ini. Proyeksi itu seiring kemungkinan The Fed tidak jadi memangkas suku bunga yang bisa menahan harga komoditas naik, sehingga akhirnya menurunkan nilai ekspor dan neraca perdagangan Indonesia.
Bank Indonesia memang bisa terus melakukan intervensi, tetapi di saat bersamaan akan menggerus cadangan devisa (cadev) meski didukung oleh revisi Peraturan Pemerintah terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE).
Lukman berujar, saat ini tidak sedikit pihak yang meyakini kemungkinan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga tahun 2024. Sedangkan, perang di Timur Tengah membuat investor untuk menghindari aset dan mata uang berisiko. Pada akhirnya, keluarnya dana asing di pasar modal Indonesia akan membebani rupiah sebagai mata uang free float.
“Mengerek suku bunga pun bisa menekan pertumbuhan ekonomi. Maka, semua tergantung pada inflasi AS yang sampai saat ini masih bertahan jauh di atas target the Fed,” tutur Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (18/4).
Adapun rupiah ditutup pada posisi Rp 16.719 di perdagangan hari ini, Kamis (18/4). Lukman memperkirakan berpotensi lanjutkan tren penguatan terbatas oleh harapan kenaikan suku bunga BI. USD/IDR diperkirakan bergerak dalam rentang Rp 16.100 – 16.250 di perdagangan Jumat (19/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News