Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Selasa (7/5). Pada saat yang sama, greenback terpantau mencatatkan penguatan.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (7/5), rupiah ditutup melemah 20,50 poin atau 0,13% menuju ke level Rp 16.046 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,14% ke posisi 105,19.
Sedangkan kurs rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) melemah 0,18% ke Rp 16.054 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa fokus investor pekan ini bertumpu pada komentar pejabat The Fed terkait dengan jalur suku bunga, terutama usai data nonfarm payrolls (NFP) yang lebih lemah dari perkiraan.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,13% ke Rp 16.046 Per Dolar AS Pada Selasa (7/5)
Dia menyebut, pelaku pasar sedang memperkirakan adanya peluang penurunan suku bunga oleh bank sentral AS.
“Namun, gagasan ini tidak memberikan banyak dukungan terhadap mata uang Asia, mengingat The Fed masih diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunganya pada September mendatang,” ujar Ibrahim dalam riset hariannya, Selasa (7/5).
Ibrahim mencermati, pasar saat ini tengah menantikan data terkait inflasi Jepang dan pertumbuhan upah guna mengukur langkah Bank of Japan (BOJ) dalam mengerek suku bunga, yang diharapkan memberi sedikit keringanan terhadap mata uang negara tersebut.
Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Ibrahim bilang, datang dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang melaporkan posisi utang pemerintah mencapai hingga Rp 8.262,10 triliun sampai dengan akhir Maret 2024. Nilai tersebut setara 38,79% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
“Posisi utang tersebut menurun, apabila dibandingkan dengan posisi pada Februari 2024 lalu, yang tercatat sebesar Rp 8.319,2 triliun, atau setara dengan 39,06% terhadap PDB,” kata Ibrahim.
Sementara untuk rasio utang pada Maret 2024, terjaga di bawah batas aman 60% PDB sesuai UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Posisi tersebut juga lebih baik dari penerapan Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah tahun 2024-2027 di kisaran 40%.
"Secara rinci, mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,52%. Hal ini sejalan dengan kebijakan umum pembiayaan utang untuk mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri sebagai pelengkap," kata dia.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,18% ke Rp 16.054 Per Dolar AS Pada Selasa (7/5)
Di sisi lain, berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 88,05%. Per akhir Maret 2024, lembaga keuangan memegang sekitar 43,4% kepemilikan SBN domestik, terdiri atas perbankan sebesar 24,8% serta perusahaan asuransi dan dana pensiun 18,6%.
Lebih lanjut, Ibrahim menuturkan bahwa kepemilikan SBN domestik oleh Bank Indonesia sebesar 21,3%, antara lain digunakan sebagai instrumen pengelolaan moneter. Sedangkan asing memiliki SBN domestik sekitar 14,2%, termasuk kepemilikan pemerintah dan bank sentral asing.
Untuk itu, Ibrahim memperkirakan pada perdagangan Rabu (8/5) mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi ditutup menguat dikisaran rentang Rp 16.000 - Rp 16.080 per dolar AS.
Selaras dengan hal ini, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede melihat, rupiah cenderung mengalami pelemahan pada perdagangan Selasa (7/5) meskipun tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung mereda setelah Hamas menyetujui proposal gencatan senjata.
Menurut dia, salah satu sumber pelemahan nilai tukar rupiah berasal dari aksi investor yang menunggu pernyataan salah satu pejabat the Fed pada malam lalu. Sehingga para investor cenderung berhati-hati dalam melihat arah kebijakan dari The Fed ke depannya.
Josua memprediksi, rupiah berpotensi akan bergerak melemah terbatas pada Rabu (8/5), sejalan dengan investor yang cenderung berhati-hati menjelang libur panjang di Indonesia pada hari Kamis-Jumat mendatang.
"Maka rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp 16.000 - Rp 16.125 per dolar AS pada Rabu (8/5)," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News