kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.589.000   13.000   0,50%
  • USD/IDR 16.770   -8,00   -0,05%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%

Rupiah Ditutup Loyo di Rp 16.694 Selasa (11/11), Penguatan 3 Hari Beruntun Terhenti


Selasa, 11 November 2025 / 16:25 WIB
Diperbarui Selasa, 11 November 2025 / 16:28 WIB
Rupiah Ditutup Loyo di Rp 16.694 Selasa (11/11), Penguatan 3 Hari Beruntun Terhenti
ILUSTRASI. Redam Gejolak-Petugas menghitung uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (29/09/2025). Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri secara terus menerus, melalui intervensi NDF. Menkeu Purbaya Y Sadewa yakin upaya BI akan berhasil meredam gejolak rupiah. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/29/09/2025


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penguatan rupiah selama tiga hari beruntun terhenti pada perdagangan Selasa (11/11/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,24% ke level Rp 16.694 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya di Rp 16.654 per dolar AS.

Pelemahan rupiah sejalan dengan pergerakan sejumlah mata uang Asia, di tengah penguatan dolar AS dan sentimen positif di pasar global menyusul kemajuan pembahasan kesepakatan untuk mengakhiri penutupan pemerintahan (shutdown) Amerika Serikat yang telah berlangsung lama.

Baca Juga: IHSG Terpangkas 0,29% ke 8.366, Top Losers LQ45 MAPI, SCMA dan MEDC, Selasa (11/11)

Di pasar global, yen Jepang anjlok ke posisi terlemah sejak Februari, sementara mata uang berisiko seperti dolar Australia dan poundsterling menguat terhadap dolar AS.

Euro tercatat stabil di US$1,1555, sedangkan poundsterling naik ke US$1,3165.

Senat AS pada Senin telah meloloskan rancangan undang-undang untuk memulihkan pendanaan federal dan mengakhiri shutdown terpanjang dalam sejarah AS.

RUU tersebut kini dikirim ke DPR AS, di mana Ketua DPR Mike Johnson menyatakan ingin segera mengesahkannya dan mengirimkannya ke Presiden Donald Trump untuk disahkan menjadi undang-undang.

Baca Juga: Masuk Indeks MSCI, Begini Respons Manajemen Barito Renewables Energy (BREN)

Sentimen pasar dorong pergerakan mata uang

Dolar Australia menjadi salah satu mata uang dengan kenaikan terbesar, menguat 0,7% ke US$0,6536 setelah pemungutan suara di Senat AS.

Namun, penguatannya sempat terkoreksi di sesi Asia sore hari ke sekitar US$0,6520.

“Pasar valas bergerak seiring dengan meningkatnya selera risiko (risk-on sentiment). Mata uang yang sensitif terhadap risiko seperti dolar Australia diuntungkan, sementara mata uang safe haven seperti yen justru melemah,” ujar Moh Siong Sim, Strategis Bank of Singapore dilansir dari Reuters.

Yen Jepang masih berada di bawah tekanan karena Perdana Menteri baru, Sanae Takaichi, menyerukan agar Bank of Japan berhati-hati menaikkan suku bunga, di saat pembuat kebijakan AS juga mulai menahan diri dari pemangkasan lanjutan.

“Ekspektasi konvergensi suku bunga antara AS dan Jepang tampaknya tidak berjalan semulus yang diharapkan,” kata Bart Wakabayashi, Manajer Cabang State Street di Tokyo.

“Kemungkinan investor yang sebelumnya mengambil posisi long pada yen mulai menutup posisi mereka.”

Baca Juga: Penjualan Mobil Astra International (ASII) Turun 24,59% Hingga Oktober 2025

Dolar Selandia Baru dan won Korea tertekan

Sementara itu, dolar Selandia Baru (NZD) melemah 0,2% ke US$0,5635, mendekati level terendah tujuh bulan, setelah survei menunjukkan ekspektasi inflasi yang lemah pada kuartal IV-2025 dan potensi penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat.

“Pelemahan kiwi mencerminkan perbedaan arah kebijakan moneter dengan Australia, di mana outlook ekonomi Selandia Baru masih lesu,” tulis laporan Reuters.

Dari Asia Timur, won Korea Selatan juga mengalami tekanan tajam, turun ke posisi terendah tujuh bulan dan mencatatkan pelemahan lebih dari 2% sepanjang bulan November.

Menurut Kiyong Seong, Kepala Strategi Makro Asia di Societe Generale Hong Kong,

“Kenaikan dolar terhadap won (USD/KRW) belakangan ini terutama didorong oleh arus keluar portofolio, khususnya investasi domestik ke saham-saham AS.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×