kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.953.000   -3.000   -0,15%
  • USD/IDR 16.500   45,00   0,27%
  • IDX 6.828   -98,48   -1,42%
  • KOMPAS100 988   -16,47   -1,64%
  • LQ45 764   -13,30   -1,71%
  • ISSI 218   -2,39   -1,08%
  • IDX30 396   -7,05   -1,75%
  • IDXHIDIV20 467   -8,64   -1,82%
  • IDX80 111   -1,85   -1,64%
  • IDXV30 114   -1,16   -1,00%
  • IDXQ30 129   -2,13   -1,62%

Rupiah Diprediksi Melemah dalam Jangka Menengah, Dibayangi Ketidakpastian Global


Kamis, 08 Mei 2025 / 05:45 WIB
Rupiah Diprediksi Melemah dalam Jangka Menengah, Dibayangi Ketidakpastian Global
ILUSTRASI. Untuk jangka menengah, analis menilai rupiah masih berpotensi bergerak melemah dalam rentang Rp 16.700 – Rp 17.000 per dolar AS. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/16/12/2024


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah sempat unjuk gigi dengan menguat berturut-turut pada perdagangan pekan lalu, saat dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan pelemahan karena pasar mengantisipasi penahanan suku bunga oleh The Fed. Namun ke depannya, pergerakan mata uang Garuda masih bakal volatile.

Pekan lalu, pada perdagangan 28 April hingga 2 Mei, data Bloomberg menunjukkan penguatan rupiah sebesar 2,33%. Pun penguatan masih berlanjut hingga Senin (5/5) kemarin. 

Namun dua hari selanjutnya, rupiah kembali melemah. Hari ini saja, Rabu (7/5), rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 16.536 per dolar AS, melemah 0,53% dari hari sebelumnya. 

Baca Juga: Dunia Menanti Pernyataan Jerome Powell, ke Mana Arah Kebijakan The Fed?

Memang secara keseluruhan, rupiah masih menunjukkan volatilitas yang tinggi. Meskipun indeks dolar AS masih cenderung melemah, Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menilai rupiah belum mampu mengkapitalisasi momentum tersebut secara berkelanjutan. 

Memang, indeks dolar AS masih betah di kisaran level 99,40 pada Rabu (7/5), naik dari sehari sebelumnya yang ada di 99,23.

Menurut Hosianna, investor masih menanti rilis hasil pertemuan The Fed pada Kamis (8/5) dini hari.

“Itu karena minimnya aliran masuk dan sikap wait-and-see pelaku pasar menjelang FOMC,” sebut Hosianna saat dihubungi Kontan, Rabu (7/5). 

Lebih tepatnya, kata Hosianna, investor menanti nada pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell. Jika muncul sinyal dovish dari Powell terkait potensi pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat, rupiah bisa mendapat ruang penguatan.

Sebaliknya, narasi hawkish yang bisa saja muncul karena inflasi AS yang persisten dapat menambah tekanan terhadap aset berisiko, termasuk rupiah. Apalagi, jika diiringi dengan penguatan yield US Treasury dan capital outflow lanjutan.

Di sisi lain, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menyoroti soal pasar yang telah memprediksi The Fed bakal mempertahankan suku bunga di level 4,25% – 4,50%. Jika nantinya pertemuan The Fed memberikan hasil yang sejalan dengan prediksi pasar, rupiah tidak akan memiliki banyak ruang penguatan.

“Kemungkinan besar sudah diperkirakan oleh pasar, sehingga reaksi terhadap dolar AS kemungkinan akan tenang dan terbatas,” ungkap Sutopo kepada Kontan, Rabu (7/5).

Sutopo juga menilai The Fed akan cenderung mempertahankan suku bunga. Penilaiannya itu mempertimbangkan soal ketidakpastian ekonomi. Dampak kebijakan perdagangan pemerintahan Trump membuat The Fed cenderung menunggu data lebih lanjut tentang inflasi dan pertumbuhan. 

Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,53% ke Rp 16.536 Per Dolar AS pada Rabu (7/5)

Mandat ganda The Fed untuk menjaga stabilitas harga dan lapangan kerja maksimum memungkinkan mereka untuk menunggu perkembangan data. Pasalnya, pasar tenaga kerja masih cenderung kuat meskipun inflasi melambat. 

Kendati begitu, Sutopo juga mengantisipasi kemungkinan lain. “Penurunan suku bunga yang tidak terduga oleh The Fed akan melemahkan dolar AS secara signifikan dan berpotensi memperkuat rupiah secara tajam dalam jangka menengah,” tambahnya.

Untuk jangka menengah, Sutopo menilai rupiah masih berpotensi bergerak melemah dalam rentang Rp 16.700 – Rp 17.000 per dolar AS. 

Sementara menurut Hosianna, untuk periode yang sama, rupiah bisa bergerak di rentang Rp 16.400 – Rp 16.600 per dolar AS. Di tengah kondisi global yang masih tak pasti, Hosianna menilai Bank Indonesia masih akan aktif menjaga stabilitas rupiah dengan intervensinya. 

Selanjutnya: Pernah Kentut Saat Berhubungan Seksual? Wajar atau Enggak? Ini Penjelasannya

Menarik Dibaca: Pernah Kentut Saat Berhubungan Seksual? Wajar atau Enggak? Ini Penjelasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×