kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Rupiah diprediksi akan menguat terbatas


Jumat, 09 November 2012 / 11:08 WIB
Rupiah diprediksi akan menguat terbatas
ILUSTRASI. Pekerja mengamati layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas |

JAKARTA. Rupiah masih ditutup melemah pada level Rp 9.633-Rp 9.638 terhadap dolar AS, pada hari Kamis (8/11). Pengamat valas Rahadyo Anggoro mengatakan, pelemahan rupiah merupakan salah satu cara Bank Indonesia (BI) untuk menguatkan kembali neraca berjalan.

"Permintaan komoditas terus turun akibat ekonomi dunia yang melemah berdampak pada harga komoditas yang juga menurun, sehingga nilai ekspor Indonesia yng juga mengandalkan komoditas juga terus menurun," urainya.

Karena itu, rupiah cenderung dibiarkan melemah agar ekspor Indonesia tetap menarik. justru positif. "Pelemahan rupiah merupakan insentif bagi eksportir dan disinsentif bagi importir. Harapannya, nilai ekspor bisa naik sehingga devisa masuk dan mendorong penguatan rupiah," jelasnya.

Untuk hari ini, Rahadyo memprediksi nilai tukar rupiah akan menguat terbatas di kisaran 9.625-9.245. Penguatan ini masih dipengaruhi oleh sentimen positif terpilihnya kembali Obama sebagai President AS. Namun, masih ada risiko dari kejatuhan beberapa bursa global dan krisis utang Eropa.

"Tingkat ekspor Jerman pada September lalu mencatatkan penurunan terbesar dalam sembilan bulan terakhir," kata Rahadyo. Berdasarkan data Federal Statistics Office di Wiesbaden, pada hari ini (8/11), ekspor Jerman merosot 2,5% dibanding Agustus.

Padahal pada Agustus lalu, ekspor Jerman masih naik 2,3%. Jika dilihat, penurunan tersebut merupakan yang terbesar sejak Desember lalu. Sedangkan impornya turun 1,6% dari Agustus.

"Kondisi ini semakin menambah serangkaian bukti bahwa krisis utang Eropa mulai memukul negara dengan perekonomian terbesar di Benua Biru itu," terang Rahadyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×