Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas |
JAKARTA. Rupiah masih ditutup melemah pada level Rp 9.633-Rp 9.638 terhadap dolar AS, pada hari Kamis (8/11). Pengamat valas Rahadyo Anggoro mengatakan, pelemahan rupiah merupakan salah satu cara Bank Indonesia (BI) untuk menguatkan kembali neraca berjalan.
"Permintaan komoditas terus turun akibat ekonomi dunia yang melemah berdampak pada harga komoditas yang juga menurun, sehingga nilai ekspor Indonesia yng juga mengandalkan komoditas juga terus menurun," urainya.
Karena itu, rupiah cenderung dibiarkan melemah agar ekspor Indonesia tetap menarik. justru positif. "Pelemahan rupiah merupakan insentif bagi eksportir dan disinsentif bagi importir. Harapannya, nilai ekspor bisa naik sehingga devisa masuk dan mendorong penguatan rupiah," jelasnya.
Untuk hari ini, Rahadyo memprediksi nilai tukar rupiah akan menguat terbatas di kisaran 9.625-9.245. Penguatan ini masih dipengaruhi oleh sentimen positif terpilihnya kembali Obama sebagai President AS. Namun, masih ada risiko dari kejatuhan beberapa bursa global dan krisis utang Eropa.
"Tingkat ekspor Jerman pada September lalu mencatatkan penurunan terbesar dalam sembilan bulan terakhir," kata Rahadyo. Berdasarkan data Federal Statistics Office di Wiesbaden, pada hari ini (8/11), ekspor Jerman merosot 2,5% dibanding Agustus.
Padahal pada Agustus lalu, ekspor Jerman masih naik 2,3%. Jika dilihat, penurunan tersebut merupakan yang terbesar sejak Desember lalu. Sedangkan impornya turun 1,6% dari Agustus.
"Kondisi ini semakin menambah serangkaian bukti bahwa krisis utang Eropa mulai memukul negara dengan perekonomian terbesar di Benua Biru itu," terang Rahadyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News