Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan Senin (2/10). Mata uang garuda tetap lesu meski data inflasi domestik bulan September terpantau turun.
Nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 0,45% menuju level Rp 15.530 per dolar AS dari penutupan akhir pekan lalu.
Sejalan dengan pelemahan rupiah pasar spot, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,21% ke level Rp 15.519 per dolar AS.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengamati, indeks dolar stabil terhadap sebagian besar mata uang utama.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah di Perdagangan Awal Pekan, Senin (2/10)
Dolar mendapat dukungan dari berita bahwa legislator AS mampu mencapai kesepakatan pada menit-menit terakhir untuk menghindari penutupan pemerintah (government shutdown).
“Peralihan status dolar sebagai safe haven ditengah kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah, membawa dampak pada nilai tukar IDR,” jelas Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (2/10).
Indeks dolar AS juga tetap mendekati level tertinggi dalam sepuluh bulan dan menguat 2,5% pada bulan September karena didukung oleh pandangan suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka panjang.
Sementara itu, data yang dirilis pekan lalu menunjukkan bahwa indeks harga PCE inti yang disukai The Fed naik kurang dari perkiraan pada bulan Agustus.
Sedangkan, perekonomian AS mempertahankan laju pertumbuhan yang cukup solid sebesar 2,1% pada kuartal kedua 2023.
“Dolar bertahan stabil terhadap sebagian besar mata uang utama, namun terus menguat terhadap yen dan dolar Australia,” ujar Sutopo.
Baca Juga: Tersungkur, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.519 Per Dolar AS Pada Senin (2/10)
Dari dalam negeri, Sutopo mengatakan, para pengambil kebijakan juga tetap fokus pada pengendalian stabilitas nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya tekanan akibat ketidakpastian pasar keuangan global.
Adapun tingkat inflasi tahunan Indonesia turun menjadi 2,28% pada September 2023 dari 3,27% bulan Agustus. Ini berarti tingkat inflasi tetap berada dalam target bank sentral sebesar 2-4% selama lima bulan berturut-turut.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencermati, dolar menguat di tengah ekspektasi bahwa perekonomian AS akan tetap lebih tangguh terhadap kenaikan suku bunga dan harga minyak dibandingkan negara lain.
Federal Reserve di pekan lalu memperingatkan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut dan kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
“Sementara itu, rencana penutupan sebagian pemerintah AS di awal pekan mempengaruhi rilis data ekonomi dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi,” kata Ibrahim dalam riset harian, Senin (2/10).
Baca Juga: Berikut Risiko yang Berpotensi Melecut Inflasi Indonesia ke Depan
Penutupan pemerintahan akan merusak kemajuan ekonomi AS dengan menghentikan program-program utama bagi usaha kecil dan anak-anak, serta dapat menunda perbaikan infrastruktur besar-besaran. Walaupun, government shutdown batal dilaksanakan di detik-detik terakhir.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan melanjutkan pelemahan di perdagangan hari ini pada rentang harga Rp 15.520 per dolar AS – Rp 15.600 per dolar AS.
Sedangkan, Sutopo memprediksi USD/IDR bergerak dalam kisaran Rp 15.450 per dolar AS – Rp 15.550 per dolar AS di perdagangan Selasa (3/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News