Reporter: Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rupiah ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan. Sentimen internal dan eksternal kompak mendepresiasi rupiah.
Mengutip Bloomberg, Jumat (22/5), pasangan USD/IDR naik 0,27% dibanding hari sebelumnya menjadi 13.158. Sementara USD/IDR di Bank Indonesia melemah 0,1% dibanding hari sebelumnya menjadi 13.136.
Trian Fatria, Research and Analyst Divisi Treasury PT BNI Tbk menjelaskan, pelemahan rupiah pada akhir pekan disebabkan oleh tingginya permintaan dollar AS di dalam negeri. Permintaan dollar ini datang dari korporasi yang akan menunaikan kewajibannya membayar utang jatuh tempo pada akhir bulan.
"Permintaan dollar akan mencapai puncaknya pada akhir minggu. Hal ini dapat membebani kinerja rupiah pada awal pekan," ucap Trian.
Trian bilang, pergerakan rupiah pada Senin (25/5) akan relatif tertekan. Sebab, selain permintaan dollar yang semakin banyak, faktor eksternal turut menjadi penghalang. Data inflasi AS bulan April turut menyumbang tenaga bagi dollar AS. Untuk diketahui, inflasi inti AS bulan April (month on month) tumbuh 0,3%. Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 0,2%. Sementara inflasi inti tahunan hingga April (year on year) tercatat sebesar 1,8%. Angka ini semakin mendekati target inflasi yang dipatok Bank Sental AS, The Federal Reserve sebesar 2%.
Di sisi lain, rupiah juga terganjal oleh pernyataan Gubernur The Fed, Janet Yellen yang turut menyumbang tenaga bagi dollar AS. Yellen menegaskan bahwa masih ada peluang kenaikan suku bunga pada tahun ini. Hal itu dengan catatan pasar tenaga kerja dan inflasi tumbuh berkesinambungan. Pidato Yellen ini cukup memberikan alasan bagi pelaku pasar untuk memegang greenback.
Trian menduga pergerakan rupiah pada Senin (25/5) akan terbentang di kisaran 13.100-13.200.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News