Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Meski sama-sama mata uang Asia Tenggara, rupiah harus akui keunggulan dollar Singapura walau dalam rentang sempit.
Mengutip Bloomberg, Jumat (5/8) nilai tukar rupiah di hadapan SGD melemah tipis cenderung konsolidasi 0,02% di level Rp 9.785 per dollar Singapura dibanding hari sebelumnya. Pergerakan sempit ini juga terjadi sejak awal tahun yang menunjukkan rupiah melemah tipis 0,20%.
Suluh Adil Wicaksono, Analis PT Cerdas Indonesia Berjangka mengatakan posisi sempit ini terjadi karena memang ekonomi Singapura terhitung gemilang. Jika dibandingkan dengan mata uang Asia Tenggara lainnya, Negeri Singa jelas menunjukkan performa paling gemilang. Tidak heran fundamental ekonomi rupiah yang positif pun gagal mendulang penguatan di hadapan SGD.
Lihat saja pertumbuhan ekonomi Singapura kuartal satu 2016 tumbuh 1,8% dibanding kuartal satu 2015 lalu. Dilanjutkan dengan kuartal dua 2016 yang secara year on year (YoY) tumbuh 2,2%. “Memang ekonominya solid dan itu terlihat dari data ekonomi yang positif. Kestabilan itu yang sulit dikalahkan,” papar Suluh.
Meski demikan, rupiah sempat berhasil penguatan terbaiknya sejak Maret 2015 lalu pada 7 Maret 2016 saat menyentuh level Rp 9.456 per SGD. Itu terjadi karena laporan ekspor Singapura yang terus menurun bulan ke bulan dan diprediksi memburuk pada akhir kuartal satu 2016 lalu. Kekhawatiran itu beralasan dengan posisi SGD yang terus menguat dan mengikis ekspornya.
Namun memasuki pertengahan tahun, rupiah justru sempat terpuruk ke level terendahnya sejak Desember 2015 lalu di Rp 9.919 per SGD. Itu terjadi akibat pelemahan yang didulang rupiah terhadap USD akibat pernyataan hawkish dari Gubernur The Fed mengenai peluang kenaikan suku bunga The Fed berkat dukungan dari rilis data pertumbuhan ekonomi AS kuartal satu 2016 yang positif.
“Saat itu rupiah melemah terhadap mayoritas mata uang dunia termasuk ke mata uang Asia lainnya seperti SGD,” tutur Suluh. Menduga ke depannya, kans rupiah untuk pertahankan pergerakan sempit terjaga. Bahkan bukan tidak mungkin berubah menjadi keunggulan.
Itu bisa terjadi jika sajian data ekonomi Indonesia terus catatkan performa yang mengkilap. “Ditambah lagi setoran dana asing yang akan masuk diprediksi masih tinggi, berjalan seiringan dengan harapan serapan dana masuk dari kebijakan tax amnesty,” prediksi Suluh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News