kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah berpotensi menguat tipis pada Selasa (2/7)


Senin, 01 Juli 2019 / 18:39 WIB
Rupiah berpotensi menguat tipis pada Selasa (2/7)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki awal bulan, rupiah ditutup menguat menjadi Rp 14.113 per dollar Amerika Serikat (AS). Rupiah spot menguat 0,10% dari akhir pekan lalu yang senilai Rp 14.126 per dollar AS.

Dari dalam negeri, penguatan rupiah didukung oleh rilis BPS terkait inflasi bulan Juni 2019. BPS merilis inflasi yang terjadi pada bulan lalu sebesar 0,55% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 138,16.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menyampaikan bahwa inflasi Juni masih di bawah ekspektasi pemerintah. Dia menambahkan bahwa hal ini bisa menjadi alasan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan.

“Inflasi Juni masih terkendali karena banyak program pemerintah yang berhasil sehingga menekan inflasi. Dan ada alasan kuat bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan. BI pun sudah menegaskan penurunan suku bunga acuan tinggal masalah waktu,” ujar Ibrahim.

Hal serupa juga dikatakan oleh ekonom Bank Permata Josua Pardede. Menurutnya, rilis inflasi pada hari ini menjadi faktor yang menyebabkan rupiah menguat hari ini. “Kami melihat bahwa ekspektasi inflasi akhir tahun pun akan tetap terkendali dari 3%-3,5%, jadi itu di satu sisi mendorong penguatan rupiah pada hari ini,” ujar Josua.

Selain itu, faktor pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping juga masih menjadi pendorong penguatan rupiah. Josua menilai, gencatan senjata yang dilakukan terkait tarif impor antara AS dan China tidak hanya memengaruhi nilai rupiah tapi juga nila mata uang negara lain. “Karena sentimen ini dinilai membaik maka sebagian besar mata uang utama dan juga Asia ditutup di perdagangan menguat,” tambah Josua.

Pada esok hari, rupiah diprediksi akan tetap menguat. Selain terkait perang dagang, Josua mengatakan bahwa faktor melambatnya aktivitas manufaktur AS dapat mendorong pelemahan dollar AS.

“Nanti malam pelaku pasar memang masih menunggu data PMI dan ISM terkait aktivitas manufaktur. Ekspektasinya memang bervariasi namun cenderung melambat sehingga jika data dari kedua sumber tadi benar maka dapat mendorong pelemahan dollar Amerika,” ujar Josua.

Ibrahim memprediksi rupiah akan menguat di level Rp 14.070-Rp 14.170 pada Selasa (2/7). Tak berbeda jauh, Josua memproyeksikan rupiah akan menguat tipis di level Rp 14.075-Rp  14.175 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×