Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Senin (23/10). Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, potensi pelemahan tersebut sejalan dengan perkiraan membaiknya pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III-2023.
"Pelemahan rupiah mungkin juga diakibatkan oleh tren kenaikan harga minyak global akibat ketegangan politik Timur Tengah yang meningkat," kata Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (22/10).
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi pun menilai, kekhawatiran yang terus-menerus terhadap perang Israel-Hamas membuat sebagian besar trader mewaspadai aset-aset berisiko. Apalagi, ada kekhawatiran bahwa perang tersebut bakal memicu konflik yang lebih besar di Timur Tengah.
"Di samping itu, Ketua The Fed Jerome Powell masih membuka peluang untuk setidaknya satu kali kenaikan suku bunga lagi tahun ini, di tengah ketahanan perekonomian AS dan tingkat inflasi yang sulit," tutur Ibrahim.
Baca Juga: Pekan Ini, Rupiah Jadi Mata Uang Paling Lemah di Asia
Meskipun begitu, Ibrahim meyakini Bank Indonesia (BI) akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah. Selain melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas), BI akan mempercepat upaya pendalaman pasar uang rupiah dan pasar valas.
Josua memprediksi, rupiah akan bergerak melemah dalam rentang Rp 15.850-Rp 15.950 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (23/10).
Sementara Ibrahim memperkirakan, mata uang rupiah akan fluktuatif namun ditutup melemah di kisaran Rp 15.860-Rp 15.940 per dolar AS.
Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,36% ke level Rp 15.872 per dolar AS pada perdagangan Jumat (20/10).
Menurut kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berada di angka Rp 15.856 per dolar AS, melemah dari Rp 15.838 per dolar AS pada hari perdagangan sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News