Reporter: Agung Hidayat, Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama tiga bulan pertama tahun ini, kinerja keuangan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) tertekan.
Sepanjang kuartal I 2020, Saratoga Investama mencatatkan kerugian bersih atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya senilai Rp 5,90 triliun. Padahal di periode yang sama tahun lalu, SRTG masih membukukan keuntungan bersih atas investasi senilai Rp 1,39 triliun.
Baca Juga: Rugi investasi Rp 5,9 triliun di kuartal I 2020, ini koleksi saham Saratoga (SRTG)
Dari sisi bottom line, SRTG menderita kerugian hingga Rp 6,01 triliun per 31 Maret 2020. Pada akhir Maret 2019, Saratoga masih membukukan keuntungan bersih Rp 1,13 triliun.
Mengacu laporan keuangan per 31 Maret 2020, Saratoga memiliki investasi saham di sedikitnya tiga sektor, yakni infrastruktur, sumber daya alam (SDA) dan produk konsumen.
Kerugian terbesar dialami portofolio komoditas (SDA) dan infrastruktur, masing-masing senilai Rp 3,07 triliun dan Rp 2,52 triliun. Adapun kerugian investasi saham produk konsumen Rp 483,21 miliar.
Baca Juga: Menjelang RUPS hari ini, harga saham TLKM sudah menanjak 8,97% dalam sepekan
Apa saja saham yang dikoleksi Saratoga? Per akhir Maret 2020, SRTG memiliki setidaknya tujuh saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ketujuh portofolio itu adalah saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Kemudian saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Provident Agro Tbk (PALM), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) dan PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII).
Sebagian besar portofolio tersebut merosot selama kuartal I 2020. Bagaimana pergerakannya saat ini?
Harga saham ADRO hari ini (19/6) dibuka menguat 1,46% menjadi Rp 1.045 per saham. Namun sejak awal tahun hingga sekarang atau year-to-date (ytd), harga ADRO masih merosot 30,10%.
Namun selama tiga bulan terakhir (19 Maret-19 Juni), harga saham ADRO sudah menguat 62,02%.
Harga saham TBIG di awal perdagangan Jumat ini menurun 0,43% menjadi Rp 1.165 per saham. Sejak awal tahun (ytd), harga saham pengelola menara telekomunikasi ini juga melemah 6,05%.
Baca Juga: Melesat 16,82% sejak awal tahun, begini rekomendasi untuk saham Merdeka Copper (MDKA)
Namun pergerakan saham TBIG jauh lebih baik ketimbang kuartal pertama. Di akhir Maret lalu, saham TBIG sempat terperosok 40,32% dibandingkan awal tahun menjadi Rp 740 per saham.
Dengan kata lain, sejak akhir Maret hingga kini harga SRTG sudah menanjak 57,43%, meski secara ytd masih melemah 6,05%.
Kemudian saham NRCA di awal perdagangan hari ini tak bergerak dari level Rp 350 per saham. Harga tersebut sudah menyusut 8,85% (ytd). Namun dalam tiga bulan terakhir, harga saham NRCA kembali menanjak 50,86%.
Selanjutnya harga saham MDKA di awal perdagangan Jumat ini sempat naik 0,39% menjadi Rp 1.290 per saham. Sejak awal tahun, MDKA sudah naik 18,35%.
Portofolio SRTG berikutnya adalah PALM yang harganya turun 5% ke posisi Rp 200 per saham pada awal transaksi Jumat. Harga itu sudah melorot 12,84% sejak awal tahun ini.
Baca Juga: Saratoga (SRTG) bakal menambah portofolio selagi pasar modal mengalami koreksi
Adapun harga saham MPMX turun 0,99% menjadi Rp 500 per saham di awal perdagangan hari ini. Harga MPMX sudah menyusut 25,93% sejak awal tahun.
Sedangkan harga saham AGII naik 0,82% menjadi Rp 494 per saham di awal transaksi hari ini. Namun harga saham tersebut masih terpuruk 24% sejak awal tahun.
Porsi kepemilikan SRTG di tujuh saham, baca di halaman selanjutnya >>
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2020, porsi kepemilikan saham SRTG di tujuh saham tersebut berbeda-beda.
Di sektor infrastruktur, misalnya, SRTG menguasai 29,19% saham TBIG. Saratoga masuk TBIG dengan kepemilikan tidak langsung melalui entitas anak di antaranya PT Wahana Anugerah Sejahtera.
Baca Juga: Electronic City (ECII) menyiapkan Rp 72 miliar untuk buyback saham selama tiga bulan
Masih di sektor infrastruktur, Saratoga memiliki 7,12% saham NRCA, kemudian menguasai 23,26% saham Seroja Investment Limited (Singapura).
Pada sektor sumber daya alam, SRTG menguasai saham ADRO. Perinciannya, sebesar 3,64% kepemilikan langsung, 25% kepemilikan tidak langsung melalui PT Adaro Strategic Capital, serta 29,79% kepemilikan tidak langsung melalui PT Adaro Strategic Lestari.
SRTG juga menguasai secara langsung 19,74% saham MDKA, kemudian 44,87% kepemilikan tidak langsung PALM melalui PT Saratoga Sentra Business.
Selanjutnya Saratoga memiliki 13,49% saham Interra Resources Ltd (Singapura) dan 14,89% saham Sihayo Gold Plc (Australia).
Baca Juga: Bali Towerindo (BALI) menerbitkan obligasi Rp 554 miliar, penawaran umum dimulai hari
Di sektor produk konsumen, Saratoga menguasai 52,21% saham MPMX dan 8,33% saham AGII.
Tahun ini, SRTG masih mengintip peluang dan rencana investasi baru. Bahkan, pandemi corona (Covid-19) bisa menjadi kesempatan mereka untuk mengoleksi saham perusahaan dengan harga diskon.
Sebagai perusahaan investasi, tentu bagus jika SRTG masuk saat market terkoreksi. "Kami melihat ada perusahaan yang harga sahamnya kemarin terlalu tinggi, saat ini harganya lebih reasonable," ungkap Direktur PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, Devin Wirawan, saat paparan publik, Rabu (17/6).
Baca Juga: Jika buyback sukses, laba bersih per saham Electronic City (ECII) bisa naik 14%
Jika tak ada aral melintang, Saratoga akan menggunakan bujet investasi US$ 50 juta hingga US$ 100 juta pada tahun ini. Manajemen SRTG belum memerinci sektor usaha yang bakal dibidik. Yang pasti, mereka membidik perusahaan dengan fundamental bagus.
SRTG berencana melakukan due diligence dengan beberapa perusahaan yang menjadi target investasi. Meski demikian, hal tersebut belum bisa ditindaklanjuti karena masih pandemi dan kesulitan berinteraksi secara langsung. Saratoga menargetkan dalam waktu enam bulan hingga satu tahun ke depan, ada satu perusahaan yang bisa terealisasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News