kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.473.000   -10.000   -0,67%
  • USD/IDR 15.670   -45,00   -0,29%
  • IDX 7.480   -21,20   -0,28%
  • KOMPAS100 1.161   -5,21   -0,45%
  • LQ45 929   -2,36   -0,25%
  • ISSI 225   -0,74   -0,33%
  • IDX30 479   -0,78   -0,16%
  • IDXHIDIV20 577   -1,34   -0,23%
  • IDX80 132   -0,31   -0,24%
  • IDXV30 141   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 160   -0,35   -0,22%

Rights Issue Sedang Lesu, Cek Prospek Penghimpunan Dana Pasar Modal di Akhir 2024


Kamis, 10 Oktober 2024 / 20:02 WIB
Rights Issue Sedang Lesu, Cek Prospek Penghimpunan Dana Pasar Modal di Akhir 2024
ILUSTRASI. Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan komputer di Bekasi, Jumat (6/9/2024). Penghimpunan dana di pasar modal termasuk pelaksanaan right issue tengah lesu.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani menimpali, penghimpunan dana di pasar modal seperti rights issue umumnya dilakukan emiten untuk ekspansi atau melunasi utang. Dus, penurunan rights issue juga disebabkan oleh pergeseran strategi dan kebutuhan emiten untuk menggelar aksi tersebut.

Di sisi yang lain, penurunan suku bunga akan memangkas cost of funding atau biaya refinancing. Dengan begitu, penerbitan surat utang bisa menjadi alternatif yang lebih menarik dibandingkan rights issue.

Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia, Vinko Satrio Pekerti mengamati penurunan jumlah rights issue hingga kuartal III-2024 lebih disebabkan oleh sikap wait and see emiten. Terutama mengenai transisi pemerintahan baru dan arah kebijakan yang akan diambil oleh Presiden terpilih. 

Baca Juga: Bank Neo Commerce (BBYB) Right Issue 1,31 Miliar Saham, Akulaku Jadi Pembeli Siaga

Apalagi, kondisi makro ekonomi cenderung tertekan dengan indeks manufaktur yang berada di zona kontraksi. Situasi ini menggambarkan pelemahan di sektor industri dan jasa, yang memperkuat sikap wait and see pelaku usaha dan menanti kebijakan pemerintahan baru.

"Pihak manajemen perusahaan juga membutuhkan kebijakan yang lebih jelas efek positifnya, agar bisa merealisasikan rencana ekspansi bisnis dan memberikan value-added," sebut Vinko.

Di samping itu, emiten dan pelaku pasar juga menanti langkah berikutnya dari bank sentral. Jika arah penurunan suku bunga berlanjut hingga tahun depan, maka opsi pendanaan yang lebih murah akan semakin terbuka.

Situasi ini bisa membuat instrumen seperti obligasi korporasi lebih diminati. Selain itu, green bonds atau sukuk bisa semakin menarik seiring permintaan dari investor global di tengah tren sustainability.

Baca Juga: WIKA Berencana Righst Issue, Apa Kata Praktisi Pasar Modal Berikut Ini?

Namun jika transisi pemerintahan berjalan lancar dan sesuai ekspektasi pasar, maka opsi pendanaan di pasar modal seperti rights issue juga akan kembali dilirik.

"Apabila kebijakan fiskal pemerintah baru benar-benar dapat memengaruhi gelombang investasi di sektor riil, maka aksi rights issue pun akan kembali ramai," terang Vinko.

Reza sepakat, situasi politik dan ekonomi yang lebih stabil bakal menjadi katalis penting penghimpunan dana di pasar modal kembali bergairah. Meski, perlu juga dicermati sejauh mana ketidakpastian global akan terjadi.

"Sentimen pendorong termasuk kepastian politik dan kebijakan fiskal yang mendukung investasi," tandas Reza. 

Selanjutnya: Jaringan Hotel Metropolitan Land (MTLA) Klaim Rasakan Dampak Aktivitas Pilkada 2024

Menarik Dibaca: ALLPack & ALLPrint Indonesia Resmi Digelar, Catat Waktunya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×