kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Restrukturisasi utang, BTEL terbitkan saham baru


Senin, 22 Juni 2015 / 19:59 WIB
Restrukturisasi utang, BTEL terbitkan saham baru


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: A.Herry Prasetyo

JAKARTA. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tetap melanjutkan restrukturisasi utang berdasarkan putusan perdamaian (homologasi) dengan kreditur dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Untuk menindaklanjuti proses restrukturisasi, BTEL akan menerbitkan saham baru yang disesuaikan dengan jumlah Obligasi Wajib Konversi (OWK).

Rencana penerbitan saham baru BTEL telah mendapat persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Senin (22/6). Hal ini merupakan bentuk penyelesaian sebagian besar utang perseroan. "Dengan adanya konversi utang tersebut diharapkan kinerja perusahaan akan lebih baik,” ujar Direktur Utama BTEL, Jastiro Abi. Dalam RUPSLB tersebut, pemegang saham juga menyetujui penyesuaian anggaran dasar terhadap peraturan baru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta penjaminan aset perseroan.

Di sisi lain, OJK belum memberikan izin kepada BTEL untuk menerbitkan OWK. Sebab, OJK masih melakukan penelaahan proses penerbitan OWK dan saham baru tersebut. OWK merupakan cara pembayaran utang yang telah disepakati BTEL bersama kreditur dalam proses PKPU. Berdasarkan proposal perdamaian yang disepakati, BTEL berencana membayar sejumlah utang dengan menerbitkan Obligasi Wajib Konversi (mandatory Convertible Bond-A/MCB-A). Kemudian, sebanyak 70% dari total utang akan dibayar dengan Mandatory Convertible Bond - A (MCB-A) yang nantinya bisa dikonversikan menjadi saham baru BTEL pada harga Rp 200 per saham. Sedangkan 30% sisanya akan dilakukan pembayaran secara bertahap.

BTEL akan mulai melakukan pembayaran utang 18 bulan setelah pengesahan homologasi tanggal 9 Desember 2014 lalu. Dalam proses PKPU, BTEL memiliki total tagihan utang senilai Rp 11,3 triliun. Utang tersebut dikelompokkan menjadi utang biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi dan universal service obligation (USO) senilai Rp 1,26 triliun, utang usaha Rp 2,4 triliun, utang tower provider Rp 1,3 triliun, dan utang dana hasil wesel senior Rp 5,4 triliun. Kemudian, perseroan juga memiliki utang afilisasi senilai Rp 73,7 miliar, utang akibat derivatif Rp 185,3 miliar, utang dengan jaminan Rp 625,4 miliar, serta pembiayaan kendaraan Rp 2,6 miliar.

Selain melakukan restrukturisasi uutang, saat ini perseroan juga terus melakukan berbagai inovasi produk dan layanan. BTEL juga mulai bertransformasi dari penyelenggara jaringan dan operator jasa telefoni dasar menuju ke penyelenggara jasa telefoni dasar secara kemitraan. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan jaringan milik penyelenggara jaringan bergerak seluler.

Selain itu, Esia melalui anak usahanya juga akan mengembangkan bisnis terkait industri telekomunikasi lainnya seperti gerai penjualan peralatan telekomunikasi dan juga layanan over the top (OTT). “Semua ini merupakan bukti keseriusan kami dalam bertransformasi. Kami berharap kedepannya bisnis dan kinerja perseroan dapat berkembang pesat di dunia telekomunikasi Indonesia,” pungkas Abi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×