Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah pinjaman yang direstrukturisasi oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencapai Rp 39 triliun hingga akhir April 2020. Tambahan pinjaman restrukturisasi BBNI yang terkena dampak dari Covid-19 telah meningkat dari Rp 7 triliun pada awal April. Nilai pinjaman yang direstrukturisasi ini setara dengan 7% dari total pinjaman.
Dimana kontribusi segmen kecil menyumbang 51% setara dengan Rp 20 triliun dari total portofolio baru yang direstrukturisasi diikuti oleh segmen menengah menyumbang 28% setara dengan Rp 11 triliun. Dan segmen perusahaan menyumbang 18% setara Rp 7 triliun dari total portofolio baru yang direstrukturisasi, sedangkan konsumen hanya 3% atau Rp triliun.
Baca Juga: Siapkan bantalan likuiditas, bank pelat merah gencar berburu pendanaan ke luar negeri
Jovent Muliadi dan Athony analis Indo Premier Sekuritas dalam riset Rabu (13/5) menjelaskan, nilai restrukturisasi cukup mengejutkan waktunya cukup singkat. Keseluruhan kredit yang direstrukturisasi pada akhir April terdiri dari Rp 77 triliun atau 14% dari total pinjaman. Nilainya naik dua kali lipat dari Desember 2019 di Rp 38 triliun. Jika diperhatikan restrukturisasi baru dimulai sejak 2015 selama relaksasi OJK dan hanya naik 17% CAGR pada tahun 2015-2019. Dimana total pinjaman restrukturisasi Rp 21 triliun di 2015.
Pada saat yang sama, kualitas pinjaman yang direstrukturisasi belum menunjukkan perbaikan sejauh ini. Dimana, proporsi kategori saat ini terus menurun menjadi 39% di 2019 dari 69% di tahun 2016 dan 58% di tahun 2017. Sementara hasil yang direstrukturisasi telah turun menjadi 5,9 % di 2019 dari 7,3 di 2016 dan 6,9% di 2017.
"Kami memproyeksikan total kredit baru yang direstrukturisasi BBNI dari Covid-19 untuk mencapai Rp 130 triliun," kata Jovent dan Anthony. Total kredit Bank BNI yang direstrukturisasi hingga akhir Juli 2020 bisa mencapai 23% dari total pinjaman. Ini berkaca dari data per akhir April 2020 dimana total kredit direstukturisasi Rp 39 triliun.
"Dari jumlah ini, kami memproyeksikan tambahan provisi BBNI sebesar Rp 20,2 triliun (16% dari kredit baru direstrukturisasi)," jelas Jovent dan Anthony. Dimana akan dibagi menjadi dua tahun yakni 1/3 tahun ini dan 2/3 pada tahun depan.
Estimasi risiko yang bisa dialami BBNI adalah saldo restrukturisasi lebih tinggi dan nilai provisi yang lebih buruk dari yang diharapkan. Jika pinjaman tahap 2 berdasarkan IFRS 9 membutuhkan 25%-35% lebih tinggi dari estimasi awal Indo Premier sebesar 16%.
Untuk itu, Indo Premier Sekuritas memangkas target laba bersih per saham BBNI 23%-77% di untuk tahun buku 2020-2022. Karena itu, Jovent dan Anthony menyarankan hold diturunkan dari rekomendasi sebelumnya buy dengan targat harga Rp 4.100 per saham.
Baca Juga: Pemerintah Menunda Setoran Dividen Seluruh BUMN
Sepanjang tahun ini, Indo Premier memperkirakan pendapatan bunga bersih BBNI Rp 35,59 triliun naik dari tahun 20119 sebesar Rp 36,6 triliun. Sedangkan laba bersih Bank BNI di 2020 diperkirakan anjlok 43% menjadi Rp 8,72 triliun dari tahun 2019 sebesar Rp 15,38 triliun.
Laba bersih Bank BNI berpotensi kembali anjlok 46% di tahun 2021 menjadi Rp 4,72 triliun. Karena jumlah provisi diproyeksi naik menjadi Rp 23,66 triliun dari prediksi tahun ini Rp 16,06 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News