Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ginting Jaya Energi Tbk (WOWS) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia hari ini, Jumat (8/11). Ginting Jaya Energi menjadi perusahaan ke-44 yang mencatatkan sahamnya sepanjang tahun 2019 dan perusahaan ke-658 yang telah mencatatkan sahamnya di BEI.
WOWS juga sekaligus menjadi perusahaan lokal pertama dari Sumatra Selatan yang mencatatkan sahamnya di BEI.
Baca Juga: Ginting Jaya Energi (WOWS) resmi melantai di BEI
Jasa rig workover dan well services (Wows) dan enhanced oil recovery (EOR) merupakan bidang usaha yang digeluti oleh WOWS. Singkatnya, WOWS mengoptimalkan cara kerja dari peralatan yang ada di sumur migas tersebut. Saat ini, WOWS memiliki sembilan unit rig yang beroperasi di Sumatra Selatan.
Dalam IPO kali ini, WOWS melepaskan 750 juta lembar saham atau mewakili 30,29% modal yang disetor. Dari IPO ini, WOWS meraup dana segar sebesar Rp 337,5 miliar.
Jimmy Hidayat, Direktur Utama Ginting Jaya Energy menjelaskan, dana hasil IPO ini nantinya akan digunakan untuk empat keperluan utama, salah satunya adalah untuk menambah jumlah rig baru. Untuk diketahui WOWS menargetkan dapat memiliki 23 buah rig pada 2023.
Baca Juga: Ginting Jaya Tetapkan Harga Pelaksanaan IPO Rp 450 per Saham
Penambahan rig ini merupakan salah satu wujud ambisi WOWS untuk menjadi perusahaan penyedia jasa rig workover well services (wows) terbesar di lingkup Asia Pasifik.
Sebanyak 63,56% dana hasil IPO akan digunakan untuk pembelian tujuh buah rig. Adapun untuk pembelian satu buah rig menghabiskan dana sekitar US$ 3 juta sampai US$ 5 juta, tergantung dari kapasitasnya.
"Di awal 2020, kami akan menambah empat unit rig. Sementara pada akhir 2020 kami akan menambah tiga unit rig," ujar Jimmy di Bursa Efek Indonesia, Jumat (8/11).
Selain tujuh rig yang akan dibeli menggunakan dana hasil IPO, WOWS juga berencana untuk menambah 10 unit rig. Jimmy bilang, terdapat potensi lelang kontrak sebanyak 40 rig dari adanya peralihan blok migas dari Chevron ke Pertamina.
"Jadi begitu ada peralihan (dari Chevron ke Pertamina) artinya itu ada pembukaan lelang baru dari Pertamina. Kami target masuk unit 10 rig, di luar dari tujuh unit (yang dibeli dari hasil IPO)," sambungnya.
Baca Juga: Tertekan penurunan harga, kinerja emiten batubara melorot di kuartal III 2019
Persiapan untuk menambah rig ini memakan waktu kurang lebih enam bulan hingga satu tahun.
Dari sisi kinerja keuangan, WOWS menargetkan dapat membukukan pendapatan senilai Rp 185 miliar atau naik 10,02% dari realisasi pendapatan pada tahun 2018. Sementara untuk laba, WOWS optimis dapat mengantongi laba senilai Rp 31 miliar.
Sementara pada 2020, WOWS menargetkan laba bersih dapat tumbuh 30% dari realisasi 2019. Di sisi lain, WOWS memproyeksikan pendapatan mampu naik 1,5 kali lipat dari realisasi pendapatan tahun 2019.
Baca Juga: Siap-Siap, Banyak Emiten Baru Akan Listing di Akhir Tahun
Nilai estimasi ini merupakan hasil perhitungan nilai kontrak yang didapat pada tahun ini, yakni berupa jasa workover well services senilai Rp 390 miliar dengan masa kontrak dua tahun.
Selain itu, potensi bisnis penyewaan jasa rig yang tinggi menambah optimisme WOWS terhadap target kinerja pada tahun mendatang. Jimmy mengatakan, saat ini potensi bisnis jasa rig mencapai Rp 23 triliun per tahun.
Di sisi lain, bisnis workover well services juga diklaim 'kebal' terhadap fluktuasi harga minyak dunia.
"Karena memang industri (workover well services) ini tidak ada habisnya. Selama populasi manusia terus bertambah dan konsumsi bahan bakar minyak terus bertambah," ujar Jimmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News