kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana saham syariah offshore bakal mengkilap


Selasa, 28 Juni 2016 / 20:50 WIB
Reksadana saham syariah offshore bakal mengkilap


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Performa reksadana saham syariah offshore berpeluang menanjak hingga akhir tahun 2016. Pada pertengahan Februari 2016, beberapa manajer investasi kompak meluncurkan produk reksadana saham syariah luar negeri. Dalam kurun sekitar empat bulan, kinerja jenis reksadana ini mulai unjuk gigi.

Mengacu Pusat Data KONTAN per 24 Juni 2016, nilai aktiva bersih (NAB) BNP Paribas Cakra Syariah USD sebesar US$ 1,01, Aberdeen Syariah Asia Pacific Equity USD Fund mencapai US$ 1,01, Schroder Global Sharia Equity Fund sekitar US$ 1,05, serta Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS tercatat US$ 1,07.

Direktur Investasi PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Alvin Pattisahusiwa menuturkan, ada beberapa faktor yang menyokong kinerja Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS.

Pertama, fitur baru di mana jenis produk ini leluasa memarkirkan aset hingga 100% pada efek saham syariah luar negeri. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang membebaskan manajer investasi untuk mengendapkan dana minimal 51% hingga 100% pada instrumen syariah asing.

Sehingga reksadana tersebut dapat memenuhi kebutuhan investor yang ingin berinvestasi pada saham offshore.

Kedua, reksadana berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) ini sesuai bagi investor yang ingin berinvestasi dalam instrumen mata uang Negeri Paman Sam.

Ketiga, mengecilnya peluang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS alias The Fed sejak rilis data ketenagakerjaan yang belum sesuai prediksi.

Rencana The Fed yang terkesan dovish biasanya akan menjadi angin segar bagi saham-saham Asia Pasifik yang mayoritas termasuk negara berkembang. Acuan produk ini adalah FTSE Sharia Asia Pacific ex Japan.

"Referendum Inggris yang memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa juga menghilangkan risiko agresif rencana The Fed. Bahkan kenaikan sekali saja sudah cukup bagus," terangnya.

Sebelumnya, The Fed berencana mengerek suku bunga sebanyak dua kali sepanjang tahun 2016. Saat ini, suku bunga The Fed tercatat pada 0,25% - 0,5%.

Mengacu fund fact sheet per Mei 2016, mayoritas aset Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS diparkir sektor information technology (IT) 31,33%. Lalu diikuti oleh sektor material 11,5%, telekomunikasi 10,74%, serta sektor lainnya 46,43%.

"Kami yakin sektor telekomunikasi dan IT related akan positif baik di global maupun dalam negeri. Karena saat ini, dunia mengarah pada e-commerce dan digital platform," tuturnya.

Sementara perusahaan masih enggan menilik sektor saham yang berhubungan dengan komoditas dan energi.

Alvin berharap, kinerja Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS akan mengungguli indeks acuannya di waktu mendatang. Memang ada katalis negatif dari eksternal yakni Brexit.

Namun, Alvin berpendapat, Brexit hanya akan berdampak negatif bagi negara maju dan negara yang memiliki hubungan perdagangan erat dengan Inggris. Semisal Eropa, China, Korea Selatan, Taiwan, hingga Singapura.

Sementara negara-negara yang perdagangannya minim dengan Inggris, semisal Indonesia, Thailand, serta Filipina kurang terpengaruh. "Emerging market lebih positif. Saham-saham Asia Pasifik yang kami masuki kebanyakan negara berkembang," jelasnya.

Angin segar juga akan bersumber dari menurunnya peluang kenaikan suku bunga acuan The Fed.

Alvin menuturkan, perusahaan berencana memperbesar porsi saham syariah Indonesia untuk racikan produk tersebut. Sebab, pasar modal dalam negeri diterawang bakal menghijau pasca pengesahan kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) pada 28 Juni 2016. Sayangnya Alvin masih enggan membeberkan porsi kenaikan saham syariah domestik.

Bharat Joshi, Investment Director PT Aberdeen Asset Management mengungkapkan, perusahaan menerapkan strategi bottom-up dalam mengelola produknya. Begitu pula untuk racikan Aberdeen Syariah Asia Pacific Equity USD Fund. Perusahaan tetap fokus pada fundamental saham yang digenggam.

Mengutip fund fact sheet per Mei 2016, mayoritas alokasi dana diparkir pada saham syariah dari negara Jepang, India, serta Hong Kong.

Bharat menjelaskan, perusahaan terbaik Negeri Sakura telah memperluas pendapatan dari luar negeri untuk beberapa waktu.

Sehingga perusahaan berpeluang meraup pendapatan dari perkembangan negara belahan dunia lain, terutama negara berkembang yang ditopang permintaan kelas menengah. Sebagian perusahaan juga merelokasi pabriknya pada negara berbiaya lebih rendah. Mereka juga telah mengembangkan proses manufaktur dan teknologi kelas dunia.

Sementara pertumbuhan ekonomi India merupakan salah satu yang tertinggi di Asia sehingga perusahaan negara tersebut berprospek cerah dalam jangka panjang.

"Kami tidak menargetkan imbal hasil atau return secara khusus. Kami percaya filosofi pengelolaan portofolio yang berkonsentrasi pada perusahaan berkualitas akan menghasilkan outperformance dalam jangka menengah dan panjang," imbuhnya.

Bharat mengakui Brexit hanya akan berdampak minim terhadap perekonomian Asia. Sebab, mayoritas negara memiliki hubungan perdagangan yang terbatas dengan Inggris, kecuali Hong Kong dan Singapura.

Ia optimistis, fundamental Asia yang kokoh akan menopang perkembangan secara bertahap.

Bharat memaparkan, perusahaan tetap akan membeli saham yang dikelola baik dengan harga yang murah. Lalu menggenggamnya untuk jangka panjang. Sehingga perusahaan tidak akan mengubah portofolio sesuai sentimen pasar.

“Kami melihat ada beberapa kesempatan muncul kala pasar bergejolak. Ada saham-saham berkualitas dengan harga yang semula sangat mahal menjadi turun ke level yang atraktif,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×