Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham tertekan sepanjang April 2024. Meski begitu, analis menilai kinerjanya masih mampu bangkit.
Berdasarkan data Infovesta, reksadana saham mencatatkan return negatif sebesar 5,02% pada April 2024. Secara kumulatif, sejak awal tahun (Ytd) return reksadana saham negatif 4,41%.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, salah satu penekan kinerjanya dari arus keluar dana asing pada akhir bulan Maret.
Baca Juga: Saham WIKA Kena Suspensi, Begini Prospek Kinerja ke Depannya
Hal tersebut memberikan tekanan terhadap rupiah dan menyebabkan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Selain itu, sengketa hasil pemilu juga turut menekan IHSG. "Terdapat gugatan ke Mahkamah Konstitusi yang menggugat hasil Pilpres 2024," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/5).
Secara Ytd, kinerja reksadana saham juga tercatat paling rendah dengan penurunan 4,41%. Reza melihat, hal itu disebabkan oleh kinerja sektor transportasi, teknologi, dan properti yang masih tertekan, sehingga memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pasar saham secara keseluruhan.
"Meskipun IHSG secara YTD masih naik 0,56%, penurunan di sektor-sektor berbobot besar dapat memberikan dampak yang lebih signifikan pada reksadana saham," sambungnya.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Masih Lesu, Intip Prospek ke Depan
Direktur Infovesta Utama Parto Kawito menambahkan, faktor perang Israel Iran dan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang masih bertahan tinggi juga menjadi faktor pemberat. Sebab mengakibatkan pemangkasan suku bunga belum akan dilakukan dalam waktu dekat.
Meski demikian, IHSG diprediksi mencapai 7.600-7.800 pada akhir tahun. Ini sejalan dengan perkembangan data terbaru AS yang kurang baik, sehingga diperkirakan adanya penurunan suku bunga walaupun hanya satu sampai dua kali di semester II 2024.
"Hingga akhir tahun masih bisa tumbuh 7%-9%, mengikuti kenaikan IHSG," sebut Parto.
Reza juga berpandangan kinerja reksadana saham mampu bangkit. Adapun faktor pendorongnya dari keputusan MK mengenai hasil pemilihan umum yang berpotensi meningkatkan perputaran ekonomi dan mendorong kinerja pasar modal.
Baca Juga: Begini Prospek Reksadana Saham di Tahun Pemilu 2024
Selain itu, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada semester II yang juga dapat meningkatkan perputaran uang dan ekonomi, serta pasar saham negara berkembang seperti Indonesia yang diramal akan menjadi pilihan utama investor, didukung oleh bonus demografi dan konsumsi domestik yang kuat.
Adapun proyeksi return reksadana saham di akhir tahun 2024 diperkirakan berada di kisaran 8%-12%, yang menunjukkan potensi kenaikan dari kondisi saat ini
"Namun, penting untuk diingat bahwa proyeksi ini dapat berubah tergantung pada berbagai faktor ekonomi global dan domestik yang berdampak pada pasar modal," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News