Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Infovesta Money Market Sharia Index di periode April 2024 menunjukkan bahwa kinerja reksadana pasar uang syariah tercatat naik sebesar 1,54%. Angka tersebut paling tinggi ketimbang jenis reksadana lainnya.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan, hal itu disebabkan oleh tren kenaikan tingkat suku bunga di bank-bank syariah yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank konvensional.
Sentimen lainnya, karena profitabilitas perbankan syariah juga akhir-akhir ini cukup baik. Pasalnya, bank syariah menawarkan sistem bagi hasil untuk depositonya.
“Potensi kinerja ke depan masih cukup baik, apalagi Bank Indonesia (BI) baru saja menaikkan suku bunga, serta ada potensi BI belum akan menurunkan suku bunga di tahun ini demi menjaga stabilitas rupiah dan masih tipisnya spread interest rate antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS),” kata Fajar ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (2/5).
Baca Juga: Bunga Naik, Investasi Apa yang Paling Menarik?
Fajar menambahkan bahwa likuiditas perbankan syariah masih cukup ketat dibandingkan bank-bank konvensional. Sehingga menawarkan imbal hasil atau ekuivalen bunga deposito yang lebih menarik.
Fajar pun memprediksi return reksadana pasar uang syariah diperkirakan akan berkisar antara 4%-5% per tahun. Sedangkan untuk asset under management (AUM) reksadana di bulan April lalu, terlihat naik karena adanya volatilitas.
“Karena biasanya kalau ada volatilitas orang justru cenderung memperbanyak cash,” kata Fajar.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik Menjadi 6,25%, Begini Rekomendasi Portofolio Bagi Investor
CEO Pinnacle Investment Indonesia (PT Pinnacle Persada Investama) Guntur Putra mengatakan, secara keseluruhan banyak faktor yang menyebabkan reksadana pasar uang syariah memiliki kinerja yang lebih tinggi secara year to date (YtD). Salah satunya yaitu adanya volatilitas di reksadana saham dan juga di reksadana obligasi.
“Sehingga hal itu menyebabkan kinerjanya mungkin secara YtD di bawah reksadana pasar uang atau reksadana pasar uang syariah,” kata Guntur kepada Kontan.co.id, Kamis (2/5).
Sentimen lainnya yang membuat kinerja reksadana pasar uang syariah paling tinggi karena kebijakan moneter Bank Indonesia yang cenderung stabil dan suku bunga yang relatif tinggi. Hal ini menarik minat investor untuk menempatkan dananya dalam instrumen pasar uang syariah.
“Selain itu, karakteristik pasar uang yang cenderung lebih likuid dan memiliki risiko yang lebih rendah juga menjadi faktor pendukung,” ungkap Guntur.
Baca Juga: BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Begini Dampaknya Terhadap Kinerja Reksadana
Guntur pun memproyeksi bahwa potensi kinerja reksadana pasar uang syariah masih cukup baik, mengingat kondisi suku bunga yang masih stabil dan permintaan akan instrumen investasi yang relatif aman. Namun, prospek return di masa mendatang tetap tergantung pada kondisi pasar dan kebijakan pemerintah terkait kebijakan moneter.
Lebih lanjut, Guntur menyebutkan bahwa selama April 2024 kemarin, AUM di Pinnacle investment masih relatif cukup stabil jika dibandingkan dengan AUM industri. Hal ini karena adanya volatilitas di pasar yang mempengaruhi underlying instrumen di reksadana.
“Volatilitas ini bisa menjadi dampak dari berbagai faktor, seperti ketidakpastian global, perubahan kebijakan moneter, atau kondisi geopolitik yang tidak stabil,” ungkapnya.
Guntur pun menyebutkan, AUM reksadana milik Pinnacle Investment pada April 2024, masih berada di level Rp 2,1 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News